Paus Leo XIV Terpilih, Bagaimana Pandangannya Soal Perempuan di Gereja?

Jakarta, sustainlifetoday.com — Dunia menyambut Paus baru, Leo XIV, yang lahir dengan nama Robert Francis Prevost, dan kini resmi menjadi pemimpin Gereja Katolik global setelah terpilih dalam konklaf pada Kamis (8/5). Dikenal sebagai sosok reformis, Leo XIV sudah mendapat julukan “Paus Fransiskus Kedua” karena pendekatannya yang penuh nuansa perubahan sosial.
Namun di tengah harapan akan reformasi, muncul satu pertanyaan besar, bagaimana sikap Paus Leo XIV terhadap peran perempuan dalam Gereja Katolik? Sebuah isu yang selama puluhan tahun menjadi ruang debat hangat antara tradisi dan kesetaraan.
Dalam posisinya sebelumnya sebagai kepala dikasteri Vatikan yang bertugas menyeleksi calon uskup global, Prevost sudah membuat langkah maju, yaitu mengikutsertakan tiga perempuan dalam proses seleksi calon uskup, dimana ini merupakan sebuah langkah simbolik namun signifikan dalam struktur Gereja yang selama ini sangat maskulin.
Tahun lalu, kepada Catholic News Agency, dia menyampaikan bahwa menahbiskan perempuan menjadi pastor bukan solusi otomatis atas ketimpangan di tubuh Gereja.
“Menjadikan perempuan sebagai pastor tak serta-merta menyelesaikan masalah. Itu mungkin justru menimbulkan masalah baru,” ucapnya.
Lebih lanjut, dia menegaskan bahwa Gereja Katolik tidak seharusnya menjadi cerminan penuh dari masyarakat umum, karena menurutnya, tradisi ribuan tahun tidak bisa diubah begitu saja.
Baca Juga:
- Dorong Budaya Hijau, Pertamina NRE Luncurkan Green Movement
- KLH: Generasi Muda Dorong Transformasi Industri Menuju Keberlanjutan
- BMKG: 2024 Jadi Tahun Terpanas, Dunia Hadapi Titik Kritis Perubahan Iklim
Namun begitu, dia menyerukan agar gereja membuka diri pada pemahaman baru soal kepemimpinan dan pelayanan, di mana kontribusi laki-laki dan perempuan bisa diakui secara setara dalam semangat yang tetap setia pada iman.
“Mungkin kita perlu melihat pemahaman baru atau berbeda soal kepemimpinan, kekuasaan, wewenang, dan terutama pelayanan di Gereja dari berbagai perspektif yang bisa dibawa oleh laki-laki dan perempuan,” jelasnya.
Paus Leo XIV juga mengapresiasi langkah Paus Fransiskus sebelumnya yang menunjuk perempuan dalam posisi strategis, seperti pengangkatan Suster Simona Brambilla sebagai sekretaris departemen Vatikan.
“Saya pikir akan ada pengakuan berkelanjutan atas fakta bahwa perempuan dapat memberikan kontribusi besar bagi kehidupan Gereja di berbagai tingkatan,” kata Paus Leo XIV.
Bagi komunitas global yang memperjuangkan keadilan gender dan representasi, langkah-langkah awal Paus Leo XIV menjadi isyarat penting. Ia mungkin belum mendobrak struktur lama secara frontal, namun membuka ruang untuk dialog dan reinterpretasi peran perempuan dalam iman dan pelayanan, sesuatu yang tak bisa diabaikan dalam upaya menjadikan spiritualitas sebagai bagian dari gerakan keberlanjutan sosial.