Ilmuwan Targetkan Hidupkan Kembali Mammoth dan Harimau Tasmania

Jakarta, sustainlifetoday.com – Setelah sukses menghidupkan kembali Dire Wolf atau serigala raksasa yang telah punah 10.000 tahun lalu, perusahaan bioteknologi Colossal Biosciences tengah melangkah lebih jauh dengan menargetkan dua spesies ikonik lainnya, mammoth berbulu dan harimau Tasmania (thylacine).
Pada Oktober 2024, Colossal mengumumkan kelahiran dua anakan serigala hasil rekayasa genetika yang dinamai Romulus dan Remus. Menyusul di Januari 2025, lahirlah anak ketiga, seekor betina bernama Khaleesi.
Meski secara teknis mereka adalah serigala abu-abu yang dimodifikasi, ketiganya dirancang secara genetis untuk mereplikasi karakteristik khas Dire Wolf, yaitu tubuh besar, tengkorak lebar, dan bulu putih tebal.
Baca Juga:
- Tikus Serbu Kawasan Inti IKN, Gangguan Ekosistem atau Masalah Pengelolaan?
- Usai Lebaran, Lonjakan Sampah Kembali Menjadi PR
- Ilmuwan Dorong Pendekatan Storytelling dalam Komunikasi Lingkungan
Keberhasilan ini tak hanya menandai pencapaian dalam bioteknologi, tetapi juga membuka pintu bagi proyek ambisius lainnya. Colossal kini memfokuskan upaya mereka pada kebangkitan mammoth berbulu, gajah purba yang terakhir kali hidup sekitar 4.000 tahun lalu.
Dengan memodifikasi DNA gajah Asia untuk meniru ciri-ciri mammoth seperti bulu tebal dan adaptasi terhadap suhu ekstrem, mereka berharap bisa menciptakan kembali spesies ini dan memperkenalkannya di tundra Siberia untuk membantu memperlambat pencairan permafrost.
Tak kalah ambisius, Colossal juga bekerja sama dengan para ilmuwan di Australia untuk menghidupkan kembali harimau Tasmania, karnivora berkantung yang punah sejak awal abad ke-20. Tujuannya tak hanya demi membangkitkan kembali keanekaragaman hayati, tetapi juga untuk memulihkan keseimbangan ekosistem Australia yang terganggu akibat hilangnya predator utama.
“De-extinction bukan hanya soal menghidupkan kembali masa lalu, tapi juga memperbaiki masa depan planet ini,” ujar Ben Lamm, CEO Colossal Biosciences.
Ia menekankan bahwa setiap proyek memiliki komitmen terhadap keberlanjutan, konservasi, dan pengelolaan etis.
Namun, berbagai suara kritis pun muncul. Beberapa ahli menilai bahwa memperkenalkan kembali spesies purba ke ekosistem modern bisa menimbulkan ketidakseimbangan baru, atau mengalihkan perhatian dari upaya penyelamatan spesies yang saat ini terancam punah.