Kemenhut Catat Lonjakan Deforestasi, Hutan Indonesia Kian Tergerus

Jakarta, sustainlifetoday.com – Kementerian Kehutanan (Kemenhut) melaporkan bahwa luas deforestasi di Indonesia pada 2024 mencapai 175,4 ribu hektare. Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, dengan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjadi faktor utama penyebab hilangnya tutupan hutan.
Direktur Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Kemenhut, Agus Budi Santosa, mengungkapkan bahwa berdasarkan pemantauan terkini, luas tutupan hutan Indonesia kini tersisa 95,5 juta hektare.
“Kebakaran hutan dan lahan menjadi penyumbang terbesar deforestasi tahun ini, selain faktor lain seperti pembalakan liar atau illegal logging,” ujar Agus dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (20/3).
Ia menjelaskan bahwa hutan sekunder mengalami dampak paling besar dari deforestasi. Dari total kehilangan hutan, sekitar 15.176 hektare merupakan hutan primer, sementara 198.232 hektare adalah hutan sekunder.
Menurut Agus, deforestasi netto tahun ini dihitung dari total deforestasi bruto sebesar 216,2 ribu hektare, dikurangi dengan luas reforestasi yang hanya mencapai 40,8 ribu hektare.
Selain kebakaran hutan, perambahan lahan dan konversi hutan untuk kepentingan lain turut mempercepat degradasi hutan di berbagai wilayah.
“Kami masih menemukan kasus illegal logging dan konversi hutan yang menyebabkan perubahan fungsi lahan dari hutan menjadi non-hutan,” tambahnya.
Baca Juga:
- Antisipasi Letusan Gunung Fuji, Jepang Rilis Panduan Darurat
- Ini Profil Lieng-Seng Wee yang Menjabat Director Risk & Sustainability Danantara
- Harga Karbon Kanada di Ujung Tanduk, Apa Artinya bagi Transisi Energi?
Berdasarkan data sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi milik Kemenhut, luas area yang terdampak kebakaran hutan dan lahan di Indonesia sepanjang 2024 mencapai 376.805 hektare.
Tren deforestasi yang meningkat ini menjadi perhatian karena dalam dua tahun terakhir angka kehilangan hutan juga terus bertambah. Pada 2023, deforestasi tercatat sebesar 121,1 ribu hektare, sementara pada 2021-2022 angkanya berada di kisaran 104 ribu hektare.
Untuk mendapatkan data yang akurat, Kemenhut bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta Badan Informasi Geospasial (BIG), yang menyediakan citra satelit guna memantau perubahan tutupan hutan secara berkala.
Agus menekankan bahwa langkah mitigasi harus segera diperkuat untuk mencegah deforestasi lebih lanjut. “Kami akan meningkatkan upaya rehabilitasi hutan serta memperketat pengawasan terhadap kebakaran hutan dan aktivitas ilegal yang merusak ekosistem,” pungkasnya.