Indonesia Bisa Hasilkan Rp 9 Triliun dari Industri Manufaktur EBT

Jakarta, sustainlifetoday.com – Indonesia memiliki peluang besar dalam pengembangan tiga sektor manufaktur energi baru terbarukan (EBT) dengan potensi ekonomi mencapai US$ 551 miliar atau setara Rp 9.146 triliun.
Ketiga sektor tersebut adalah pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB), dan sistem penyimpanan energi baterai (battery energy storage system).
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, menyebut bahwa PLTS menjadi sektor dengan potensi ekonomi terbesar.
“Pembangkit energi surya bisa memberikan nilai ekonomi sampai dengan US$ 236 miliar,” ujar Fabby dalam Diseminasi dan Peluncuran Kajian IESR secara virtual, Selasa (25/3).
Sementara itu, pengembangan turbin angin untuk PLTB diperkirakan bernilai US$ 75 miliar, dan sistem penyimpanan energi baterai memiliki nilai ekonomi hingga US$ 240 miliar.
Baca Juga:
- PLN Lakukan Upaya Antisipasi Cuaca Ekstrem saat Lebaran
- Indonesia Targetkan 100% Listrik dari EBT pada 2060, Ini Kunci Suksesnya
- PLN Lakukan Upaya Antisipasi Cuaca Ekstrem saat Lebaran
Selain memberikan nilai ekonomi yang besar, industri manufaktur EBT juga berpotensi membuka hingga 9,7 juta lapangan pekerjaan. Mayoritas tenaga kerja akan terserap di sektor PLTS dengan 5,7 juta orang, diikuti oleh industri penyimpanan energi baterai 2,2 juta orang, serta pengembangan turbin angin yang menciptakan 1,8 juta lapangan kerja.
Fabby menegaskan bahwa sektor EBT dapat menjadi pilar transformasi ekonomi Indonesia dalam jangka panjang. Jika pengembangannya dimaksimalkan, Indonesia bisa mengurangi ketergantungan terhadap ekspor komoditas mentah dan membangun ekonomi yang lebih berkelanjutan.