Ilmuwan Dorong Pendekatan Storytelling dalam Komunikasi Lingkungan

Jakarta, sustainlifetoday.com – Para ilmuwan lingkungan mulai mendorong penggunaan storytelling atau penceritaan sebagai metode komunikasi yang lebih efektif untuk menyampaikan hasil penelitian mereka kepada publik.
Dalam sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh peneliti dari Universitas Exeter, Inggris, diungkapkan bahwa cara tradisional dalam menyampaikan sains melalui jurnal akademik yang sarat istilah teknis dan bebas emosi tidak lagi cukup untuk menjawab tantangan komunikasi di era krisis lingkungan saat ini.
Dilansir dari Phys, Rabu (8/4), para peneliti percaya bahwa sains tetap bisa dikomunikasikan secara akurat namun disajikan dengan cara yang lebih membangkitkan emosi dan mudah dipahami.
Baca Juga:
- Tikus Serbu Kawasan Inti IKN, Gangguan Ekosistem atau Masalah Pengelolaan?
- Tutup Celah Korupsi, Prabowo Pangkas Izin di Sektor Pertanian
- BMKG: Waspada Cuaca Ekstrem Selama Masa Pancaroba di Bulan April
Hal ini dianggap penting untuk mendorong tindakan nyata dari masyarakat, pembuat kebijakan, hingga sektor industri dalam menjaga keberlangsungan alam dan keanekaragaman hayati.
Profesor Karen Anderson, ilmuwan lingkungan dari Institut Lingkungan dan Keberlanjutan, Universitas Exeter, mengakui bahwa para ilmuwan sering kali merasakan frustrasi dan kehilangan harapan karena kurangnya respons terhadap peringatan-peringatan ilmiah mereka.
Namun, ekspektasi untuk tetap netral dan rasional kerap membuat mereka menahan diri dalam mengungkapkan sisi emosional dari realitas yang mereka hadapi.
“Sebagai ilmuwan, kami sering merasakan kehilangan, ketakutan, dan bahkan ketidakberdayaan melihat lambatnya aksi lingkungan. Tapi kami juga diajarkan untuk tidak menunjukkan emosi karena itu dianggap mengurangi objektivitas,” ujar Karen.
Pendekatan storytelling menjadi alternatif yang menjanjikan. Peneliti mendorong ilmuwan untuk menyampaikan narasi di balik temuan mereka, mulai dari alasan pribadi memilih topik tertentu, latar belakang sosial-budaya yang membentuk perspektif mereka, hingga keterkaitan riset dengan pengalaman hidup.
Dr. Katherine Crichton, salah satu peneliti studi ini, menyatakan bahwa metode komunikasi ilmiah yang kaku telah gagal menghentikan kerusakan lingkungan.
“Kita perlu mencoba pendekatan baru, yaitu cerita yang emosional dan menginspirasi untuk benar-benar menyentuh hati masyarakat dan mendorong mereka bertindak demi bumi, dan pada akhirnya, demi diri mereka sendiri,” ujar Dr. Katherine Crichton.
Langkah ini juga membuka ruang kolaborasi antara sains dan seni, serta mendorong para ilmuwan untuk keluar dari zona nyaman mereka. Ia berharap bahwa lewat cerita bisa menjadi jembatan penting untuk menyelamatkan bumi.