Tanam Jutaan Pohon hingga Inovasi Ramah Lingkungan, Ini Sederet Inisiatif Keberlanjutan Perhutani

Jakarta, sustainlifetoday.com — Di tengah semakin mendesaknya krisis iklim dan tuntutan akan praktik bisnis yang berkelanjutan, Perum Perhutani menunjukkan langkah progresif di bawah kepemimpinan Direktur Utama Wahyu Kuncoro. Sepanjang tahun 2024, perusahaan yang mengelola kawasan hutan di Pulau Jawa dan Madura ini menggulirkan berbagai inisiatif yang tidak hanya menyentuh aspek ekologis, tetapi juga sosial dan inovasi teknologi berbasis alam.
Salah satu langkah besar dilakukan menjelang akhir tahun: penanaman 24,4 juta pohon di lahan seluas 26.000 hektare. Program ini tersebar di tiga wilayah regional – Jawa Barat & Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Timur – dan melibatkan berbagai jenis pohon seperti jati, pinus, balsa, kayu putih, sengon, serta mahoni. Upaya ini tidak hanya memperluas tutupan lahan dan menjaga fungsi daerah resapan air, tapi juga menjadi bentuk kontribusi nyata dalam memperkuat ketahanan iklim nasional.
“Perum Perhutani senantiasa menjalankan misinya yaitu mengelola sumber daya hutan secara lestari, dengan melakukan penanaman pohon setiap tahun pada lokasi reboisasi. Selain itu, penanaman yang dilakukan Perhutani juga bertujuan untuk mendukung program pemerintah memperluas serapan karbon,” kata Wahyu Kuncoro, Direktur Utama Perum Perhutani pada Februari 2025 lalu.
Masih dalam semangat kolaboratif, Perhutani menggandeng TÜV Rheinland Indonesia untuk melakukan penanaman simbolik 200 pohon jenis Multipurpose Tree Species (MPTS) seperti durian dan sukun di kawasan Sentul Eco Edu Tourism Forest pada Agustus 2024. Aksi ini bertujuan meningkatkan kesadaran publik mengenai pentingnya keberlanjutan, sekaligus memberi kontribusi dalam pengendalian emisi karbon secara global.
Baca Juga:
- Moeldoko Dorong UMKM hingga Tambang Beralih ke Kendaraan Listrik
- Dorong Komunitas hingga Pelaku Usaha Mikro di Sektor Keberlanjutan, SustainLife Luncurkan Program SMiles
- Ekspansi Sawit Meningkat, Daya Dukung Lingkungan Kian Terancam
Tak hanya fokus pada penanaman, Perhutani juga berupaya menjawab tantangan lingkungan dari sektor pariwisata. Bersama Asuransi Jiwa Syariah Kitabisa dan Econique, perusahaan membangun fasilitas pengolahan sampah TPS3R di kawasan wisata Cikole-Jayagiri, Lembang.
Di lokasi yang sama, proyek pipanisasi sumber air bersih juga direalisasikan untuk mendukung akses air bagi masyarakat lokal. Keduanya merupakan bagian dari program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang semakin diperkuat oleh Perhutani.
Inovasi lain yang mencuri perhatian datang dari sektor infrastruktur jalan. Pada September 2024, Perhutani mengumumkan kerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan PT Hakaaston untuk menciptakan marka jalan ramah lingkungan. Bahan dasarnya? Gondorukem – getah pinus hasil hutan – dan gliserol, limbah dari industri biodiesel. Ini adalah upaya nyata menggantikan material berbasis fosil dengan sumber daya lokal yang terbarukan.
Lebih jauh, komitmen terhadap solusi berbasis alam juga diwujudkan melalui proyek Nature and Ecosystem-Based Solutions (NEBS). Melalui anak perusahaannya, PT Inhutani I, Perhutani menjalin kemitraan dengan Pertamina NRE untuk mengelola kawasan hutan di Kalimantan secara berkelanjutan selama 30 tahun ke depan. Proyek ini berpotensi menghasilkan hingga 270.000 ton karbon yang bisa dikonversi menjadi kredit karbon per tahun—kontribusi penting terhadap target net zero emission Indonesia.
Namun, di tengah berbagai upaya ini, Perhutani juga menghadapi realitas pengurangan luas hutan yang dikelola. Wahyu Kuncoro menyebutkan bahwa dari total 2,4 juta hektare hutan yang dahulu dikelola, kini tersisa sekitar 1,3 juta hektare.
“Saat ini secara legal, kami mengelola hutan di Jawa itu 1,3 juta hektare, dari dulu 2,4 juta hektar yang diambil pemerintah, diambil pemerintah kembali 1,1 juta hektar.” ujar Wahyu Kuncoro.
Transformasi keberlanjutan ini ditopang oleh fondasi manajerial yang kokoh. Pada awal tahun, Perhutani merumuskan strategi penguatan rantai nilai bisnis melalui efisiensi operasional, digitalisasi pemasaran, serta pelaksanaan program TJSL yang selaras dengan regulasi dan nilai perusahaan. Perhutani tidak hanya hadir sebagai pengelola hutan, tapi juga sebagai pelopor perubahan menuju ekonomi hijau yang inklusif dan berkelanjutan.