Penjualan Anjlok, Ini Alasan Motor Listrik Susah Laku di Indonesia

Jakarta, sustainlifetoday.com – Penjualan sepeda motor listrik di Indonesia mengalami penurunan signifikan pada awal 2025. Kondisi ini terjadi akibat belum adanya kejelasan dari pemerintah terkait skema insentif pembelian motor listrik seperti yang diberlakukan pada tahun sebelumnya.
Ketua Umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia (AISMOLI) Budi Setiyadi menyebut penjualan motor listrik saat ini hanya mencapai sekitar 10 persen dibandingkan periode normal.
“Customer menunggu. Saya tanya ke industri, paling penjualan hanya 10 persen dari normal,” ujarnya dikutip Jumat (18/4).
Pada 2024, penjualan motor listrik meningkat karena didorong oleh insentif pemerintah sebesar Rp 7 juta per unit. Namun, pada 2025, kebijakan tersebut belum dipastikan kelanjutannya sehingga mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli.
Menurut Budi, harga motor listrik saat ini kembali ke skema normal tanpa subsidi, yang membuat konsumen memilih menunda pembelian. Industri juga mengalami kelebihan stok karena telah menyiapkan unit berdasarkan proyeksi permintaan seperti tahun sebelumnya.
Baca Juga:
- PLN Nusantara Power Pamerkan Inovasi Hidrogen di GHES 2025
- Indonesia-Inggris Bahas Transisi Energi dan Aksesi OECD
- Siap Jadi Percontohan Kota Hijau, Surabaya Resmi Mulai Proyek Dekarbonisasi Bangunan Gedung
“Karena masyarakat tahu bahwa tahun kemarin ada subsidi, jadi banyak yang menunggu dan akhirnya tidak membeli dulu,” jelasnya.
Harga motor listrik di Indonesia bervariasi, mulai dari Rp 13 juta hingga Rp 70 juta tergantung jenis baterai. Komponen baterai menyumbang sekitar 30-40 persen dari harga kendaraan, sehingga keberadaan insentif dianggap sangat membantu mendorong daya beli.
Saat ini, industri berharap pemerintah tetap memberikan insentif dengan skema yang sama seperti 2024. Diskusi internal juga tengah dilakukan oleh AISMOLI bersama Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo) agar pemerintah segera mengumumkan kebijakan terbaru.
Budi menambahkan, banyak motor listrik yang telah memenuhi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) 40 persen kini menumpuk di industri dan diler karena minimnya pembelian.
“Perlu percepatan supaya tidak menggantung seperti sekarang ini, sehingga masyarakat bisa langsung membeli dan industri bisa langsung menjual,” tuturnya.