Orang Kaya Bertanggung Jawab atas Dua Pertiga Pemanasan Global

Jakarta, sustainlifetoday.com – Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa 10 persen populasi terkaya dunia bertanggung jawab atas hampir dua pertiga dari pemanasan global sejak tahun 1990.
Temuan ini memperkuat seruan agar kebijakan iklim global lebih berani menargetkan kelompok berpendapatan tinggi sebagai penggerak utama krisis iklim.
Studi yang dipublikasikan di jurnal Nature Climate Change ini merupakan yang pertama menghitung secara langsung kontribusi kelompok kaya terhadap kejadian iklim ekstrem seperti gelombang panas dan kekeringan.
“Kami menghubungkan secara langsung jejak karbon individu terkaya dengan dampak nyata perubahan iklim yang kini kita alami,” kata Sarah Schoengart, ilmuwan dari ETH Zurich dan penulis utama penelitian, seperti dikutip dari France 24, Kamis (8/5)?
Para peneliti menemukan bahwa 1 persen populasi terkaya dunia menyumbang 26 kali lebih banyak terhadap gelombang panas satu abad dan 17 kali lebih besar terhadap kekeringan di wilayah Amazon, dibandingkan rata-rata global.
Baca Juga:
- Jangan Salah! Ini Perbedaan Vegetarian, Vegan, dan Plant-Based Diet
- Pemerintah Targetkan 200 Ribu Hektare Konservasi Laut Baru di Tahun 2025
- BMKG: 2024 Jadi Tahun Terpanas, Dunia Hadapi Titik Kritis Perubahan Iklim
Emisi dari kelompok kaya di negara-negara seperti Amerika Serikat dan Tiongkok juga disebut sebagai kontributor besar, dengan menyumbang hingga setengah dari total emisi global.
Studi ini tak hanya menyoroti gaya hidup konsumtif, tetapi juga menekankan pentingnya akuntabilitas dalam investasi keuangan yang menyokong industri intensif karbon.
Carl-Friedrich Schleussner, Kepala Kelompok Penelitian Dampak Iklim Terpadu di International Institute for Applied Systems Analysis, menegaskan bahwa tindakan iklim yang gagal menargetkan kelompok elit kaya berisiko kehilangan daya ungkit terbesar dalam mencegah kerusakan iklim lebih lanjut.
“Keberlanjutan harus dimulai dari atas. Ketimpangan karbon ini bukan hanya soal etika, tapi soal efektivitas mitigasi perubahan iklim,” ujar Schleussner.