Jangan Salah! Ini Perbedaan Vegetarian, Vegan, dan Plant-Based Diet

Jakarta, sustainlifetoday.com – Di tengah meningkatnya kesadaran akan pentingnya hidup sehat dan menjaga keberlanjutan lingkungan, pola makan berbasis nabati (plant-based) menjadi semakin populer di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia. Dari restoran yang mulai menyediakan menu vegan, hingga produk susu nabati yang membanjiri rak supermarket, perubahan ini bukan lagi sekadar tren sesaat, melainkan bagian dari gaya hidup yang terus berkembang.
Data dari The Economist Intelligence Unit menunjukkan bahwa konsumsi makanan berbasis tumbuhan meningkat hingga 300% secara global dalam lima tahun terakhir. Bahkan, di Indonesia sendiri, pencarian online tentang “makanan vegan” meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 2022.
Namun, di balik popularitas ini, masih banyak kebingungan seputar tiga istilah yang sering digunakan secara bergantian: vegetarian, vegan, dan plant-based diet. Meski terdengar mirip, masing-masing memiliki filosofi, batasan, dan tujuan yang berbeda.
Yuk, kita kupas satu per satu agar kalian tidak salah kaprah
1. Vegetarian
Vegetarian adalah pola makan yang menghindari daging merah, unggas, dan ikan. Tapi jangan salah, vegetarian masih mengonsumsi produk turunan hewan seperti telur, susu, keju, dan madu. Ada beberapa variasi vegetarian, seperti:
- Lacto-vegetarian: tidak makan daging dan telur, tapi tetap mengonsumsi susu.
- Ovo-vegetarian: menghindari daging dan susu, tapi tetap mengonsumsi telur.
- Lacto-ovo vegetarian: tidak makan daging, tapi konsumsi keduanya.
Sebuah studi dari Academy of Nutrition and Dietetics (2023) menyimpulkan bahwa pola makan vegetarian yang terencana dengan baik dapat menurunkan risiko tekanan darah tinggi, diabetes tipe 2, dan kanker kolorektal.
“Vegetarian adalah langkah awal yang baik untuk bertransisi ke pola makan sehat. Tapi, jangan lupa variasikan makanan agar kebutuhan nutrisi tetap terpenuhi,” ujar Dr. Ratna Hapsari, ahli gizi klinis dari RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
2. Vegan
Veganisme bukan cuma soal makanan. Ini adalah gaya hidup yang sepenuhnya menolak segala bentuk eksploitasi hewan, baik dalam makanan maupun produk sehari-hari. Seorang vegan tidak hanya menghindari daging, telur, dan susu, tapi juga madu, kulit, wol, sutra, serta produk kosmetik yang diuji pada hewan.
“Menjadi vegan bukan cuma soal apa yang ada di piring, tapi tentang komitmen etis terhadap kesejahteraan hewan dan bumi,” jelas Dr. Lina Wibowo, dosen dan peneliti nutrisi dari Universitas Indonesia.
Baca Juga:
- Bos Toyota: Kendaraan Listrik Belum Tentu Ramah Lingkungan!
- Dorong Komunitas hingga Pelaku Usaha Mikro di Sektor Keberlanjutan, SustainLife Luncurkan Program SMiles
- Penelitian: Ngobrol dan Main di Alam Tingkatkan Kesehatan Mental
Penelitian dari British Medical Journal (BMJ, 2024) menyebutkan bahwa vegan memiliki risiko penyakit jantung iskemik yang 32% lebih rendah. Selain itu, pola makan ini juga memiliki dampak lingkungan yang jauh lebih kecil dibandingkan diet konvensional.
Tapi Sustain Peeps, menjadi vegan juga butuh perhatian ekstra, khususnya untuk kebutuhan nutrisi dalam tubuh.
“Kekurangan vitamin B12, zat besi, dan omega-3 bisa menjadi tantangan, jadi penting untuk merencanakan menu atau menggunakan suplemen bila perlu,” tambah Dr. Lina.
3. Plant-Based Diet
Plant-based diet adalah pola makan yang berbasis tumbuhan alami, seperti sayuran, buah, kacang-kacangan, biji-bijian, dan polong-polongan. Namun plant-based diet tidak selalu sepenuhnya menghindari produk hewani. Bedanya dengan vegan? Plant-based lebih fleksibel dan fokus pada kualitas makanan, bukan sekadar pantangan.
Pelaku plant-based diet bisa saja sesekali mengonsumsi ikan, susu, atau telur dalam jumlah kecil, terutama bila dilakukan demi keseimbangan nutrisi atau budaya makan keluarga.
Sebuah studi dari Harvard T.H. Chan School of Public Health (2024) menemukan bahwa plant-based diet yang berkualitas tinggi dapat menurunkan risiko diabetes tipe 2 hingga 23% dan memperpanjang harapan hidup.
“Plant-based adalah pendekatan yang realistis dan inklusif. Anda tetap bisa mendapatkan manfaat besar meski tidak sepenuhnya vegan,” kata Prof. David Katz, pakar gizi internasional dan pendiri True Health Initiative.
Jadi, Mana yang Cocok Buat Kamu, Sustain Peeps?
Setiap pola makan punya kelebihan masing-masing. Kalau kamu ingin mulai mengurangi daging tanpa komitmen ekstrem, vegetarian bisa jadi pintu masuk yang baik. Kalau kamu ingin mendukung kesejahteraan hewan dan keberlanjutan secara total, veganisme adalah jawabannya. Tapi jika kamu lebih suka pendekatan fleksibel yang menekankan makanan utuh dan alami, maka plant-based diet cocok untukmu.
Yang paling penting, apa pun pilihanmu, adalah memastikan bahwa asupan nutrisimu seimbang, bervariasi, dan berkelanjutan.
“Jangan hanya fokus pada apa yang kamu hindari. Lebih penting lagi, perhatikan apa yang kamu konsumsi setiap hari, karena di sanalah kunci hidup sehat dan berkelanjutan,” ujar Dr. Lina Wibowo.