Gawat! Masa Depan Pisang Terancam Akibat Krisis Iklim

Jakarta, sustainlifetoday.com – Badan amal pembangunan internasional, Christian Aid memperingatkan bahwa perubahan iklim yang semakin parah dapat mengancam masa depan produksi pisang global. Laporan terbaru mereka menunjukkan bahwa suhu tinggi, kekeringan, dan hama terkait iklim mulai merusak tanaman pisang, yang menjadi sumber pangan dan penghidupan bagi jutaan orang.
Dalam laporan yang dikutip dari The Independent, Senin (12/5), Christian Aid menyatakan bahwa hampir dua pertiga wilayah paling ideal untuk budidaya pisang di Amerika Latin dan Karibia bisa hilang pada tahun 2080. Wilayah ini saat ini menyumbang sekitar 80 persen dari ekspor pisang global.
“Pisang bukan hanya buah favorit dunia, tetapi juga makanan pokok bagi jutaan orang,” ujar Osai Ojigho, Direktur Kebijakan dan Kampanye Christian Aid.
Pisang ideal tumbuh dalam suhu 15–35 derajat Celsius, namun sangat sensitif terhadap kekurangan air dan perubahan cuaca ekstrem. Pemanasan global juga meningkatkan risiko serangan penyakit tanaman seperti Fusarium Tropical Race 4, yang dalam beberapa tahun terakhir menyebabkan kerusakan besar di lahan pertanian pisang, khususnya di Amerika Latin.
Christian Aid menyerukan kepada negara-negara maju untuk segera menurunkan emisi karbon guna memperlambat dampak perubahan iklim. Selain itu, organisasi ini menekankan pentingnya pendanaan iklim internasional untuk membantu petani pisang dan komunitas pertanian beradaptasi terhadap tantangan iklim.
Baca Juga:
- Kementerian Kehutanan Dorong Ketahanan Energi Lewat Tanaman Aren
- Jamur Patogen Mengancam, Perubahan Iklim Bisa Picu Wabah Baru!
- Paus Leo XIV Terpilih, Bagaimana Pandangannya Soal Perempuan di Gereja?
Laporan juga mendorong konsumen dan pelaku bisnis untuk membeli pisang bersertifikasi Fairtrade, label yang memastikan petani mendapatkan bayaran yang adil atas hasil panen mereka.
“Tanpa harga yang adil, petani pisang tidak akan mampu memenuhi kebutuhan dasar mereka,” kata Anna Pierides, Manajer Sumber Berkelanjutan Senior dari Fairtrade Foundation untuk sektor pisang.
Sementara itu, Holly Woodward-Davey dari Banana Link, organisasi yang fokus pada rantai pasok pisang global, menyatakan bahwa sistem produksi pangan saat ini perlu direformasi secara menyeluruh. Ia menyoroti pentingnya mengurangi ketergantungan pada bahan kimia berbahaya dan mempercepat transisi menuju sistem pangan yang berkelanjutan.
“Pemerintah harus mengambil tindakan nyata untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dan melarang bahan kimia paling beracun, sekaligus berinvestasi dalam sistem pangan yang adil dan stabil,” ujarnya.
Christian Aid berharap laporan ini mendorong perhatian lebih luas terhadap kerentanan sektor pertanian terhadap krisis iklim, serta mempercepat aksi kolektif dalam mewujudkan ketahanan pangan global.