Penelitian: Bumi Akan Kehabisan Oksigen dalam Satu Miliar Tahun!

Jakarta, sustainlifetoday.com – Simulasi terbaru yang dilakukan ilmuwan dari Toho University, Jepang, memprediksi atmosfer Bumi akan kehilangan oksigen dalam waktu sekitar satu miliar tahun akibat peningkatan panas dari Matahari.
Studi ini menunjukkan batas waktu baru bagi kelayakhunian Bumi sebelum biosfer tak lagi mampu menopang kehidupan seperti yang dikenal saat ini.
Penelitian ini menggunakan superkomputer dan model planet dari NASA untuk menjalankan lebih dari 400.000 simulasi atmosfer. Hasilnya dipublikasikan dalam jurnal Nature Geoscience dengan judul The Future Lifespan of Earth’s Oxygenated Atmosphere.
Baca Juga:
- Indonesia dan Korsel Kolaborasi Kembangkan Sekolah Ramah Lingkungan
- Boolet Ubah Tusuk Sate Bekas Jadi Furnitur Ramah Lingkungan
- Sugar Souvenir Ubah Limbah Plastik Jadi Peluang Kerja dan Produk Ramah Lingkungan
Dalam siaran persnya dilansir pada Kamis (15/5), Kazumi Ozaki, Asisten Profesor di Toho University, menjelaskan bahwa bertambah panasnya Matahari seiring waktu akan meningkatkan suhu permukaan Bumi, menyebabkan penguapan air, gangguan siklus karbon, dan kematian tanaman.
Proses ini akan mengakhiri produksi oksigen dan mengembalikan atmosfer Bumi ke kondisi purba yang kaya metana dan minim oksigen, seperti sebelum Peristiwa Oksidasi Besar.
“Jika suhu meningkat dan kadar karbon dioksida terus menurun, maka fotosintesis akan terganggu dan atmosfer akan kehilangan oksigen secara signifikan dalam waktu sekitar satu miliar tahun,” ujar Ozaki.
Sebelumnya, perkiraan umum menyebutkan biosfer Bumi akan berakhir dalam dua miliar tahun akibat kombinasi antara pemanasan ekstrem dan kelangkaan CO₂. Namun, studi ini mempersempit proyeksi tersebut dengan fokus pada oksigen sebagai indikator utama kelayakhunian.
Penurunan oksigen drastis ini akan menjadikan kehidupan kompleks seperti manusia tidak mungkin bertahan, meskipun bentuk kehidupan mikroba mungkin masih bisa hidup dalam kondisi atmosfer yang sangat berbeda.
Temuan ini mempertegas pentingnya memahami dinamika jangka panjang planet dan potensi perubahan iklim ekstrem, baik secara alami maupun akibat aktivitas manusia.