PBB: Krisis Iklim Buat Miliaran Orang Kian Rentan Kelaparan

Jakarta, sustainlifetoday.com – Laporan tahunan PBB bertajuk 2025 Global Report on Food Crises mengungkap kenyataan pahit: krisis pangan global memburuk untuk tahun keenam berturut-turut, dengan lebih dari 295 juta orang di 53 negara terdampak kelaparan akut.
Pendorong utamanya bukan hanya konflik atau krisis ekonomi, tapi krisis iklim yang semakin ekstrem dan tak terprediksi. El Niño, kekeringan berkepanjangan, dan banjir besar telah menghancurkan pertanian lokal, mempersempit akses pangan, dan memperparah malnutrisi anak secara global.
“Cuaca ekstrem kini bukan ancaman masa depan, tapi realitas yang mendorong jutaan orang ke jurang kelaparan,” tegas Rein Paulsen, Direktur Kedaruratan dan Daya Tahan FAO.
Lebih dari 96 juta orang di 18 negara terdampak bencana iklim yang merusak panen, mengganggu distribusi pangan, dan memicu harga pangan melonjak tajam. Kawasan terdampak paling parah termasuk Afrika bagian selatan, Asia Tenggara, dan Tanduk Afrika, dimana itu adalah wilayah yang sebelumnya sudah rentan secara struktural.
Baca Juga:
- Perubahan Iklim Ancam Kesehatan Anak, Ini Kunci Mencegahnya
- Target Energi Bersih Australia 2030 Terancam Gagal, Indonesia Harus Ambil Pelajaran
- Gawat! COVID-19 Melonjak Tajam di Hong Kong, Berpotensi Pandemi Lagi?
Krisis iklim juga berdampak langsung pada anak-anak. FAO mencatat hampir 38 juta anak balita mengalami malnutrisi akut di 26 negara, termasuk Sudan, Yaman, Gaza, dan Mali. Kekurangan gizi yang parah di tahun-tahun awal kehidupan berisiko menciptakan generasi yang tumbuh dengan kerentanan kesehatan permanen.
Kondisi memburuk oleh pengungsian massal akibat krisis iklim dan konflik, dengan lebih dari 95 juta jiwa kehilangan tempat tinggal. Sementara itu, pendanaan bantuan kemanusiaan anjlok 10 hingga 45 persen, memperparah kerentanan kelompok terdampak.
“Dunia kehilangan momentum dalam menangani krisis iklim dan pangan secara terintegrasi,” kata Cindy McCain, Kepala Program Pangan Dunia (WFP).
Laporan ini bukan hanya peringatan, tapi juga seruan aksi. FAO menekankan pentingnya investasi dalam sistem pangan lokal yang adaptif terhadap iklim—seperti pertanian regeneratif, konservasi air, dan pengelolaan tanah berkelanjutan—sebagai kunci memutus siklus kelaparan.
“Solusi iklim adalah solusi pangan. Mendukung pertanian lokal berarti mendukung ketahanan jangka panjang,” ujar Paulsen.