China, Jepang, Korsel Berebut Pengaruh Energi Bersih di ASEAN

Jakarta, sustainlifetoday.com – China masih menjadi sumber pendanaan terbesar untuk investasi energi bersih di Asia Tenggara selama periode 2013–2023 dengan total nilai mencapai US$2,7 miliar di lima negara utama kawasan. Namun, laporan terbaru Zero Carbon Analytics (ZCA) menunjukkan bahwa dominasi tersebut mulai diimbangi oleh Jepang dan Korea Selatan (Korsel) yang semakin agresif memperluas pengaruh mereka di sektor energi hijau.
Laporan bertajuk The Race to Invest in Southeast Asia’s Green Economy ini memetakan aliran investasi energi bersih dari empat negara besar, yaitu China, Jepang, Korsel, dan Australia. Sementara negara dengan ekonomi terbesar dan pertumbuhan tercepat di kawasan Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam.
“Meski China mendominasi investasi dan perdagangan teknologi bersih, Korea Selatan kini menguasai ekspor komponen baterai, sementara Jepang unggul dalam pendanaan proyek tenaga surya,” kata peneliti ZCA, Yu Sun Chin dilansir Rabu (21/5).
Menurut laporan tersebut, Jepang kini memimpin skema pendanaan transisi energi seperti Just Energy Transition Partnership (JETP) senilai US$20 miliar untuk Indonesia, serta skema Energy Transition Mechanism (ETM) yang mencakup Filipina dan Vietnam. Jepang juga menjadi investor terbesar proyek panel surya dan panas bumi di lima negara tersebut, dengan total US$1,3 miliar sejak 2013.
Baca Juga:
- BRIN Sebut Perubahan Iklim Picu Lonjakan Penyakit Menular
- Indonesia Tegaskan Komitmen Transisi Energi Bersih di Forum BRICS
- Menilik Wacana Legalisasi Kasino, Apa Dampaknya bagi Sosial Ekonomi RI?
Tak hanya itu, Jepang juga mendominasi pasar kendaraan listrik dan bus listrik di Filipina. Sementara itu, Korea Selatan menjadi eksportir komponen baterai terbesar ke Malaysia dan Indonesia, serta pemasok baterai EV terbesar kedua di Indonesia setelah China.
Australia turut mencatatkan peran penting lewat proyek Australia-Asia Power Link, yang bertujuan menyalurkan energi surya dari Darwin ke Singapura melalui wilayah Indonesia. Proyek ini menunjukkan bagaimana investasi infrastruktur energi lintas negara menjadi bagian dari strategi geopolitik energi bersih.
Asia Tenggara dipandang sebagai kawasan strategis dengan ekonomi yang tumbuh pesat serta potensi energi terbarukan yang tinggi. ZCA mencatat bahwa energi terbarukan kini menjadi sumber listrik termurah di banyak negara Asia Tenggara, memberi peluang besar untuk mempercepat transisi energi kawasan.
“Ekspansi energi bersih bukan hanya kunci untuk mencapai target netral karbon, tetapi juga membuka peluang pertumbuhan ekonomi dan kemitraan regional,” ujar peneliti ZCA, Amy Kong.
Laporan ini dirilis menjelang penyelenggaraan KTT ASEAN ke-46 di Malaysia, dan diharapkan dapat menjadi pendorong aksi kolektif ASEAN untuk memperkuat pembiayaan dan ketahanan sektor energi bersih regional di tengah tekanan global seperti tarif hijau dari AS.