Plastik Sekali Pakai Ditekan, Gubernur Bali Tekankan Bisnis Berkelanjutan

Jakarta, sustainlifetoday.com – Kebijakan terbaru Gubernur Bali, Wayan Koster, melarang produksi dan penjualan air minum kemasan plastik di bawah satu liter, memicu diskusi hangat di kalangan pelaku industri air minum. Namun bagi Koster, ini bukan semata soal pelarangan, melainkan tantangan untuk berinovasi dan beralih ke model bisnis yang lebih berkelanjutan.
Dalam paparannya pada Rapat Koordinasi Percepatan Pembangunan Bali di Denpasar, Bali pada Jumat (11/4), Koster menyampaikan bahwa dirinya menerima protes dari produsen AMDK lokal di Kabupaten Buleleng. Namun, ia tetap bersikukuh bahwa regulasi ini tidak bisa ditawar-tawar.
“Kemarin di Buleleng ada yang protes produsen air minuman, katanya mau audiensi sama saya. Akan saya layani. Iya, itu dilarang. Ciptakan yang lain, kan ada ruang bisnis baru,” tegasnya.
Koster juga menyampaikan bahwa ia tidak takut kehilangan popularitas akibat kebijakan ini, karena masa jabatannya sebagai Gubernur Bali akan berakhir.
“Saya tidak perlu takut lagi, karena sudah di periode kedua kan tidak maju lagi (jadi Gubernur Bali), jadi tidak apa-apa,” ujarnya sambil tersenyum.
Baca Juga:
- Bali Larang Air Kemasan Plastik Kecil, Gubernur Koster: Tidak Bisa Ditawar!
- Trump Kerek Tarif Impor China Jadi 104 Persen, Apa Efeknya bagi Agenda Ekonomi Hijau Global?
- AI Berdampak Negatif untuk Lingkungan, Ini Faktanya
Dengan pernyataan ini, Koster mengirim sinyal tegas bahwa Bali tidak lagi mentoleransi model bisnis berbasis plastik sekali pakai. Sebaliknya, pemerintah daerah ingin mendorong inovasi dari pelaku usaha, baik korporasi besar maupun UMKM, untuk menghadirkan solusi yang ramah lingkungan.
Langkah ini merupakan bagian dari kebijakan super prioritas Pemerintah Provinsi Bali untuk mempercepat pengurangan plastik sekali pakai. Ia bahkan menyebut gerakan penggunaan tumbler di sekolah dan instansi pemerintahan sudah berjalan.
“Sudah diawali dengan penggunaan tumbler. Ada Surat Edaran Bapak Sekda, saya lihat kabupaten dan kota se-Bali Sekdanya sudah menerapkan sampai ke sekolah-sekolah,” katanya.
Koster juga mendorong agar gerakan ini merambah hingga ke desa-desa adat, agar budaya bersih dari plastik menjadi bagian dari identitas lokal Bali.
“Kalau perlu sampai ke desa-desa adat, sampai semua kegiatan itu sedapat mungkin tidak lagi pakai minuman kemasan plastik sekali pakai, termasuk produk-produk kemasan plastik sekali pakai. Sudah, hentikan itu,” tutupnya.