Trump Kerek Tarif Impor China Jadi 104 Persen, Apa Efeknya bagi Agenda Ekonomi Hijau Global?

Jakarta, sustainlifetoday.com – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali memanaskan tensi perdagangan global dengan menaikkan tarif impor terhadap produk-produk asal China menjadi 104 persen. Kenaikan drastis ini merupakan respons atas tindakan balasan dari pemerintah China terhadap kebijakan tarif sebelumnya.
Pekan lalu, Trump telah menetapkan tarif sebesar 34 persen bagi produk-produk China. Namun, setelah China membalas dengan menaikkan tarif untuk barang-barang asal AS, Trump memutuskan untuk menambahkan lagi 50 persen tarif tambahan di luar tarif dasar yang sudah berlaku sejak era Presiden Joe Biden sebesar 20,8 persen.
“Mulai hari Rabu, total tarif rata-rata ekspor China ke AS akan melonjak hingga hampir 125 persen,” kata Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, seperti dikutip dari CNN, Selasa (8/4).
Leavitt menegaskan bahwa Presiden Trump tak akan goyah meski terjadi aksi balasan dari China. “Negara-negara seperti China yang memilih untuk membalas dan menggandakan perlakuan buruk mereka terhadap pekerja Amerika telah membuat kesalahan besar. Presiden Trump memiliki tulang punggung baja dan dia tidak akan patah,” tegasnya.
Baca Juga:
- Tikus Serbu Kawasan Inti IKN, Gangguan Ekosistem atau Masalah Pengelolaan?
- Usai Lebaran, Lonjakan Sampah Kembali Menjadi PR
- Ilmuwan Dorong Pendekatan Storytelling dalam Komunikasi Lingkungan
China sendiri merupakan mitra dagang utama AS, dengan nilai impor barang dari China pada 2024 mencapai US$439 miliar atau sekitar Rp7.440 triliun. Sementara itu, ekspor AS ke China bernilai US$144 miliar atau setara Rp2.400 triliun.
Kebijakan saling balas tarif ini dikhawatirkan berdampak besar pada ekonomi kedua negara. Para ekonom memperingatkan bahwa perang dagang berlarut dapat memicu tekanan besar terhadap industri domestik dan memicu gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK).
Dampak langsung dari kebijakan ini sudah terlihat di pasar keuangan. Indeks saham utama AS anjlok pada penutupan Selasa (8/4). Dow Jones turun 320 poin atau 0,84 persen, S&P 500 merosot 1,57 persen, dan Nasdaq Composite anjlok hingga 2,15 persen. Saham-saham di Asia turut terdampak, dengan indeks Nikkei 225 Jepang turun 3 persen dan ASX 200 Australia melemah 1 persen.
Leavitt mengatakan sejumlah pemimpin negara telah menghubungi Trump untuk membujuknya menunda kebijakan tarif baru. Namun, Trump tetap pada pendiriannya. Meski demikian, ia telah menginstruksikan tim perdagangannya untuk membuka peluang negosiasi bilateral dengan negara-negara yang ingin mencapai kesepakatan khusus.
Efek Perang Dagang bagi Agenda Ekonomi Hijau Global
Gejolak perdagangan ini disinyalir berpotensi memberikan dampak negatif bagi agenda ekonomi hijau global. Perang tarif antara dua kekuatan ekonomi besar dunia dinilai dapat memperlambat kolaborasi dan investasi dalam rantai pasok hijau, teknologi energi terbarukan, serta upaya transisi menuju ekonomi rendah karbon.
Tanpa kerja sama dagang yang stabil, pembangunan ekonomi yang berkelanjutan bisa terhambat—menjadi tantangan baru bagi upaya global dalam mengatasi krisis iklim.