Peneliti Temukan Cara Ubah Air Hujan Menjadi Energi Listrik

JAKARTA, sustainlifetoday.com – Sebuah terobosan dari tim peneliti internasional yang dipublikasikan di jurnal ACS Central Science membuktikan bahwa tetesan air, bahkan sekecil gerimis, bisa diubah menjadi listrik.
Lewat metode yang disebut “aliran sumbat”, tim ilmuwan ini berhasil menyalakan hingga 12 lampu LED menggunakan air hujan yang mengalir melalui tabung sempit.
Jika Sustain Peeps pernah menggosokkan balon ke kulit lalu membuat rambut berdiri, kegiatan tersebut sudah mengalami efek listrik statis. Prinsip inilah yang diadaptasi oleh para peneliti, mereka menggunakannya untuk menciptakan sumber energi yang nyata.
Air yang mengalir atau menetes di atas permukaan tertentu dapat menghasilkan muatan listrik. Dengan memanfaatkan efek ini, para ilmuwan merancang sistem sederhana: air dialirkan dari jarum logam, membentuk tetesan seukuran hujan, dan masuk ke dalam tabung vertikal sempit dari polimer.

Air yang mengalir melalui tabung tipis berlapis polimer dalam semburan pendek, atau sumbat, seperti yang ditunjukkan dalam ilustrasi dan gambar ini, dapat menghasilkan listrik.
“Air yang jatuh melalui tabung vertikal menghasilkan sejumlah besar listrik dengan menggunakan pola aliran air tertentu: aliran sumbat, yaitu kolom air pendek yang terputus-putus oleh kantong udara,” kata penulis korespondensi studi tersebut, Siowling Soh.
Struktur inilah yang memungkinkan muatan listrik terpisah secara efisien saat air bergerak ke bawah.
Kabel yang dipasang di bagian atas dan bawah tabung kemudian memanen energi dari proses tersebut. Hasilnya, lebih dari 10 persen energi potensial dari air hujan berhasil diubah menjadi listrik. Bahkan, dibandingkan dengan metode konvensional, aliran sumbat menghasilkan energi lima kali lebih besar.
Keunggulan sistem ini adalah kesederhanaannya. Ia tidak memerlukan saluran mikro-nano yang sulit diproduksi dan mahal. Bahkan, eksperimen ini menunjukkan bahwa sistem bisa bekerja hanya dengan aliran air ringan dan bisa diandalkan dalam kondisi gerimis, tidak butuh banjir atau curah hujan ekstrem.
Baca Juga:
- Indonesia Berpeluang Adopsi Teknologi Nuklir dari Inggris
- Ini Aktivitas Seru untuk Menumbuhkan Kesadaran Lingkungan pada Anak
- PT Timah Bangun PLTS di Lahan Bekas Tambang untuk Dukung Energi Hijau
Lebih menarik lagi, sistem ini dapat dengan mudah dipasang di atap rumah, gedung bertingkat, atau bahkan shelter pejalan kaki di kota. Sebuah alternatif hijau dan hemat biaya untuk energi hidroelektrik konvensional yang biasanya memerlukan sungai besar dan bendungan.
Dalam pengujian lebih lanjut, para peneliti mengalirkan air ke dua hingga empat tabung secara bersamaan. Hasilnya, daya yang dihasilkan meningkat dua kali lipat, cukup untuk menyalakan 12 lampu LED selama 20 detik penuh. Hal ini menjadi sebuah bukti bahwa sistem ini punya potensi untuk aplikasi nyata.
Siowling Soh menekankan bahwa sistem ini masih dalam tahap awal dan memerlukan banyak pengembangan untuk skala yang lebih besar.
Namun arah riset ini sangat menjanjikan, khususnya untuk wilayah dengan intensitas hujan tinggi dan kebutuhan akan solusi energi terdistribusi yang berkelanjutan.