Cuaca Ekstrem Jadi Tantangan Baru Ibadah Haji di Masa Depan

Jakarta, sustainlifetoday.com – Krisis Iklim menjadi tantangan serius bagi jamaah haji, hal ini dikarenakan suhu yang melanda di Arab Saudi saat ini bisa mencapai 51 derajat celsius. Menurut kemenag, sedikitnya 461 meninggal dunia selama ibadah haji 2024 lalu.
Hal ini menjadi kondisi yang patut diperhatikan khususnya oleh pemerintah yang dimana jamaah haji diikuti oleh orang-orang yang sudah lanjut usia sehingga menjadi rentan, lalu aktivitas yang intens di ruang terbuka, dan kondisi cuaca yang ekstrim dan tidak menentu menambah resiko para jamaah haji.
Para ahli iklim menyatakan bahwa krisis iklim yang terjadi hanya akan memperparah situasi dan membuat suhu semakin panas
“Panas ekstrem oleh perubahan iklim akan membuat ibadah haji lebih sulit dan lebih berbahaya bagi komunitas Islam,” kata Ketua Pusat Studi PPI Universitas Nasional, Fachruddin Mangunjaya.
Laporan yang diterbitkan oleh Pusat Pengkajian Islam Universitas Nasional (PPI UNAS) berjudul ”Dampak Kebijakan Iklim bagi Ibadah Haji” menyebutkan, ancaman meningkatnya suhu global dan cuaca ekstrem akan sangat berbahaya bagi jemaah di Tanah Suci.
Hal ini tidak luput dari lima negara yang bertanggung jawab atas perubahan iklim diantaranya Amerika Serikat, China, Rusia, Uni Eropa, dan Brazil. Lima negara ini merupakan penyumbang emisi paling tinggi dan mempunyai tanggung jawab terbesar untuk menghilangkan karbon.
Baca Juga:
- Perubahan Iklim Ancam Kesehatan Anak, Ini Kunci Mencegahnya
- FUN & FIT, Langkah Awal Howell Expo Gaungkan Gaya Hidup Sehat
- Gawat! COVID-19 Melonjak Tajam di Hong Kong, Berpotensi Pandemi Lagi?
Akan tetapi, tindakan untuk menghilangkan emisi dari lima negara tersebut harus diiringi dengan tindakan global untuk membatasi pemanasan, termasuk pengurangan emisi di negara yang belum menjadi salah satu pencemar tertinggi dalam sejarah.
Di antara negara-negara yang perlu mengurangi emisi adalah negara mayoritas Muslim, seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Iran, Turki, Bangladesh, Mesir, dan Indonesia.
Dari laporan tersebut disebutkan kebijakan pengurangan emisi masih belum memadai sehingga menyebabkan ibadah haji bisa berbahaya bagi para jamaah.