Bill Gates Dorong Pengembangan Energi Nuklir sebagai Solusi Krisis Iklim

Jakarta, sustainlifetoday.com – Pendiri Microsoft, Bill Gates, menyatakan bahwa dunia membutuhkan teknologi energi bersih baru untuk menyelamatkan Bumi dari krisis iklim yang semakin parah. Hal ini disampaikannya saat berada di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (7/5).
Gates mengatakan bahwa emisi karbon dari penggunaan energi kotor menjadi penyebab utama perubahan iklim. Karena itu, ia menekankan pentingnya upaya global dalam mengurangi emisi karbon.
“Saya juga mulai mendapatkan edukasi tentang perubahan iklim. Dan Anda tahu bahwa kita harus mengurangi emisi,” ujar Gates.
Salah satu solusi yang menurut Gates menjanjikan adalah energi nuklir. Sejak 2006, ia mendirikan perusahaan TerraPower yang berfokus pada pengembangan reaktor nuklir generasi keempat yang lebih efisien dan terjangkau.
Baca Juga:
- Bos Toyota: Kendaraan Listrik Belum Tentu Ramah Lingkungan!
- Dorong Komunitas hingga Pelaku Usaha Mikro di Sektor Keberlanjutan, SustainLife Luncurkan Program SMiles
- Dorong Budaya Keberlanjutan di Level Pekerja, Ini Strategi Pertamina
“Reaktor generasi sekarang memiliki banyak tekanan dan kompleksitas yang membuatnya mahal. Maka saya berpikir, bisakah kita membuat energi nuklir jadi murah?” ungkapnya.
Gates menyebut bahwa proyek reaktor pertama TerraPower akan dibangun di Wyoming, Amerika Serikat, dan ditargetkan beroperasi pada 2030. Reaktor tersebut mampu menghasilkan daya 345 megawatt, dengan potensi ditingkatkan menjadi 500 megawatt, dimana itu cukup untuk memasok listrik ke sekitar 400 ribu rumah.
Saat ini, sejumlah negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Prancis juga mulai menjajaki energi nuklir sebagai alternatif pembangkit listrik bersih. Namun, Gates mengakui bahwa biaya pengembangannya masih menjadi tantangan besar yang harus diatasi melalui kemitraan strategis.
Meski dianggap sebagai sumber energi rendah emisi karbon, energi nuklir masih menimbulkan perdebatan. Greenpeace menilai tenaga nuklir bukan solusi utama krisis iklim.
Berdasarkan kajian World Nuclear Association dan OECD Nuclear Energy Agency, peningkatan penggunaan nuklir secara global pada 2050 hanya akan mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 4 persen.