Permintaan Meningkat, Pemerintah Kaji Penambahan Kuota PLTS Atap di 2025

JAKARTA, sustainlifetoday.com – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mengkaji penambahan kuota Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap untuk tahun 2025.
Langkah ini menyusul meningkatnya minat pelaku usaha, khususnya di sektor industri, dalam memanfaatkan energi matahari sebagai sumber listrik alternatif.
Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan, Andriah Feby Misna, menyatakan bahwa hingga tahun 2030 pemerintah menargetkan kapasitas terpasang PLTS Atap mencapai 1,9 Gigawatt (GW). Namun, seiring tingginya permintaan, aturan yang ada saat ini perlu dikaji ulang.
“Kami meminta untuk meningkatkan kuota karena ada antrian panjang yang ingin kapasitas terpasang PLTS Atap,” kata Feby dalam konferensi China International Energy Storage (EESA) Summit 2025, Selasa (29/4).
Feby menambahkan, PLTS Atap dinilai paling cocok untuk mempercepat pemanfaatan energi matahari karena penggunaannya lebih ditujukan untuk konsumsi sendiri, bukan untuk ekspor ke PLN.
“Tidak seperti PLTS yang lain untuk PLTS Atap bertujuan untuk penggunaan sendiri ketimbang ekspor ke PLN,” ungkapnya.
Baca Juga:
- PT Timah Kurangi Konsumsi Energi 22,69 Persen untuk Dukung Target NZE
- Pertumbuhan Ekonomi RI Diproyeksi Melambat 4,8 Persen, Jauh Dari Target Pemerintah
- Telkom Gencarkan Prinsip ESG Lewat GoZero% Goes to Medan
Data pemerintah per Maret 2025 mencatat kapasitas terinstall PLTS Atap mencapai 406,78 Megawatt (MW), dengan jumlah pelanggan PLN sebanyak 10.437.
Kuota PLTS Atap saat ini ditetapkan dalam Keputusan Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM No 279.K/TL.03/DJL.2/2024, dengan rincian target hingga 2028 di antaranya: Jawa-Madura-Bali (1.400 MW), Sumatera (80 MW), Kalimantan (89 MW), Sulawesi (17 MW), dan wilayah Maluku, Papua, Nusa Tenggara (7 MW).
Kuota dikembangkan berdasarkan 11 klaster wilayah, dan meskipun sudah ditetapkan, masih dapat diubah oleh Dirjen Ketenagalistrikan. Adapun kuota nasional sistem PLTS Atap meningkat setiap tahun: 901 MW (2024), 1.004 MW (2025), 1.065 MW (2026), 1.183 MW (2027), hingga 1.593 MW pada 2028.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI), I Made Aditya Suryawidya, mengonfirmasi tren peningkatan permintaan PLTS Atap terutama dari sektor industri yang ingin menekan biaya operasional listrik.
“Peningkatan dari konsumen, sisi demand konsumen, banyak perusahaan-perusahaan ini memang pabrik-pabrik PLTS Atap-nya terutama ingin dipasangkan PLTS Atap, sehingga dari kota yang sudah disediakan memang ada peningkatan dari dua faktor tersebut, dari demand maupun dari supply, jadi itulah yang diharapkan dapat ditingkatkan,” kata Made.