Rappo Indonesia Berdayakan Perempuan Pesisir Lewat Ekonomi Sirkular

Jakarta, sustainlifetoday.com – Di tengah krisis lingkungan dan ketimpangan sosial yang masih menjadi tantangan di banyak wilayah Indonesia, sebuah inisiatif sosial dari Makassar bernama Rappo Indonesia hadir membawa perubahan. Sejak berdiri pada tahun 2020, Rappo Indonesia berkomitmen pada pembangunan ekonomi berkelanjutan dengan mengolah sampah plastik menjadi produk fungsional seperti souvenir dan furnitur ramah lingkungan. Lebih dari itu, Rappo mengusung semangat pemberdayaan masyarakat, terutama perempuan dari wilayah pesisir dan pra-sejahtera yang terdampak perubahan iklim dan krisis ekonomi, termasuk akibat pandemi COVID-19.
Berangkat dari keresahan akan buruknya pengelolaan sampah plastik dan terbatasnya kesempatan kerja yang adil bagi perempuan di wilayah pesisir, Rappo menjawab dua persoalan sekaligus, yakni lingkungan dan ketimpangan sosial. Melalui program pemberdayaan masyarakat, Rappo melibatkan perempuan, khususnya ibu rumah tangga yang suaminya bekerja di sektor informal untuk dilatih dalam keterampilan menjahit dan pengolahan limbah. Limbah plastik jenis LDPE, HDPE, PP, hingga PET disulap menjadi berbagai produk seperti tas, aksesori, hingga furnitur, yang dipasarkan ke segmen B2B, B2G, maupun B2C.
“Rappo adalah perwujudan semangat dari Indonesia Timur, sebuah gerakan yang tumbuh dari kepedulian terhadap lingkungan dan keyakinan bahwa inklusivitas dan perempuan memiliki peran sentral dalam perubahan sosial. Kami memulai langkah ini dengan mengolah sampah menjadi produk bernilai, bukan hanya untuk mengurangi pencemaran lingkungan, tetapi juga membuka peluang usaha yang adil dan menginspirasi sekitar kami” ujar Akmal Idrus, Founder Rappo Indonesia.
Dampak Nyata: Lingkungan Terjaga, Perempuan Berdaya
Sejak berdiri, Rappo telah mendaur ulang lebih dari 4,6 ton sampah plastik dan memproduksi lebih dari 20.000 unit produk. Dengan kapasitas produksi mencapai 2.000 unit per bulan, Rappo secara aktif mengurangi beban lingkungan dari limbah plastik yang mencemari daratan maupun laut. Namun, pencapaian Rappo tidak hanya tercermin dari sisi lingkungan.

Baca Juga:
- Kementerian Kehutanan Dorong Ketahanan Energi Lewat Tanaman Aren
- Boolet Ubah Tusuk Sate Bekas Jadi Furnitur Ramah Lingkungan
- Paus Leo XIV Terpilih, Bagaimana Pandangannya Soal Perempuan di Gereja?
Secara sosial, Rappo telah melatih sedikitnya 56 perempuan di Makassar dan 12 perempuan prasejahtera di Depok. Dari jumlah itu, 19 perempuan kini menjadi mitra aktif dalam proses produksi Rappo. Mereka tidak hanya mendapatkan penghasilan tambahan, tetapi juga peningkatan kualitas hidup, kepercayaan diri, serta posisi yang lebih setara dalam keluarga dan komunitas.
Inisiatif ini juga berkontribusi langsung terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB), termasuk pengentasan kemiskinan (TPB 1), kesetaraan gender (TPB 5), pekerjaan layak (TPB 8), pengurangan kesenjangan (TPB 10), dan konsumsi-produksi bertanggung jawab (TPB 12).
Membangun Ekosistem Wirausaha Inklusif
Rappo tidak hanya berhenti pada produksi. Mereka juga aktif membangun ekosistem kewirausahaan yang inklusif dan partisipatif melalui layanan seperti creative workshop, konsultasi pengelolaan limbah, program CSR berbasis masyarakat, serta edukasi publik. Dengan menggandeng berbagai pemangku kepentingan, Rappo mendorong kolaborasi lintas sektor untuk memperluas dampak gerakan ekonomi sirkular dari tingkat komunitas.
“Kami ingin menunjukkan bahwa ekonomi sirkular bukan hanya konsep besar yang terbatas pada industri atau teknologi tinggi, tetapi bisa tumbuh dan dimulai dari akar rumput, dari komunitas kecil yang seringkali luput dari perhatian,” tegas Akmal.
Melalui Rappo, limbah tidak lagi dipandang sebagai akhir, melainkan sebagai awal dari sebuah nilai baru—dihasilkan oleh tangan-tangan terampil dari komunitas yang selama ini terpinggirkan. Rappo menjadi bukti bahwa perubahan besar bisa dimulai dari tempat-tempat yang sering tak terlihat, dari mereka yang selama ini tak bersuara, dan dari keyakinan bahwa tidak ada yang terlalu kecil untuk memberi dampak.
Sebagai informasi, publikasi mengenai Rappo Indonesia ini merupakan bagian dari Program SMiles (Support Micro & Local Sustainable Enterprises), sebuah inisiatif dari SustainLife Today yang memberikan dukungan promosi gratis kepada 17 entitas usaha mikro dan komunitas lokal yang berkomitmen terhadap aspek keberlanjutan.
Program ini berlangsung selama 12–30 Mei 2025 dengan tujuan mengangkat pelaku usaha yang memiliki solusi konkret bagi tantangan sosial dan lingkungan saat ini.