Populasi Kepiting Mol Menurun Drastis di Brazil, Ilmuwan Khawatir

JAKARTA, sustainlifetoday.com – Di balik pasir putih pantai Brasil yang memikat mata, terdapat kisah kelam tentang mulai menghilangnya salah satu penghuni alaminya: kepiting mol (Emerita brasiliensis).
Spesies kecil yang hidup di zona ombak ini kini semakin sulit ditemukan, memicu kekhawatiran dari para ilmuwan dan pegiat lingkungan akan dampaknya terhadap ekosistem pesisir yang rapuh.
Kepiting mol, yang dikenal sebagai bioindikator kesehatan pantai, memainkan peran penting dalam menjaga kualitas perairan dangkal dan menjadi bagian dari rantai makanan penting bagi burung laut serta ikan kecil.

Namun, laporan lapangan dari para peneliti kelautan di negara bagian Santa Catarina, Brasil, menunjukkan penurunan populasi Emerita brasiliensis secara signifikan dalam kurun waktu lima tahun terakhir.
Dalam studi yang diterbitkan oleh jurnal Brazilian Journal of Oceanography, para peneliti mencatat bahwa aktivitas manusia di garis pantai seperti reklamasi lahan, pariwisata massal, dan pengelolaan limbah yang buruk telah mengganggu habitat alami kepiting ini.
Di Pantai Bombinhas, misalnya, pengamatan pasca pencemaran limbah kota menunjukkan penurunan drastis dalam perilaku menggali dan mobilitas kepiting mol, yang bisa menandakan stres lingkungan.
“Kepiting mol adalah penanda penting dari kondisi ekologis pantai. Jika mereka menghilang, itu adalah alarm bagi keseluruhan ekosistem,” kata Dr. Marina Souza, ahli ekologi pesisir dari Federal University of Santa Catarina.
Selain pencemaran air, ancaman lain yang turut memperburuk keadaan adalah invasi mikroplastik. Sebuah laporan tahun 2023 dari Instituto Oceanográfico da Universidade de São Paulo menemukan bahwa 87% spesimen kepiting mol yang diteliti mengandung partikel mikroplastik di dalam tubuhnya. Hal ini berpotensi menyebabkan gangguan fisiologis hingga menurunkan tingkat reproduksi.

Kondisi tersebut diperparah oleh erosi pantai akibat perubahan iklim. Gelombang yang semakin kuat serta naiknya permukaan air laut secara perlahan menggerus wilayah tempat kepiting mol biasa berkembang biak dan mencari makan.
Baca Juga:
- Papua di Ambang Krisis Ekologi Akibat Proyek Food Estate Nasional
- BNI Dorong UMKM Berperan dalam Ekonomi Hijau Lewat Program BUMI 2025
- Ini Langkah Nyata Artha Graha untuk Bumi yang Lebih Lestari
Meskipun spesies ini belum dimasukkan ke dalam daftar merah IUCN, para ahli memperingatkan bahwa tanpa intervensi segera, penurunan populasi bisa menjadi permanen.
Sayangnya, keberadaan kepiting mol sering terabaikan dalam kebijakan konservasi karena ukurannya yang kecil dan tidak memiliki nilai ekonomi langsung seperti ikan atau udang komersial.
Beberapa LSM lokal telah mulai melakukan kampanye edukasi kepada wisatawan dan masyarakat pesisir tentang pentingnya menjaga keberadaan spesies ini, termasuk dengan membatasi kendaraan di atas pasir pantai dan pengelolaan limbah yang lebih baik.
Para peneliti mendesak pemerintah Brasil untuk memasukkan kepiting mol dalam program monitoring ekosistem pantai secara nasional. Selain itu, dibutuhkan riset jangka panjang untuk memahami siklus hidup mereka secara lebih menyeluruh dan menentukan langkah-langkah pemulihan yang efektif.
“Kita tak bisa lagi menunggu. Menghilangnya kepiting mol adalah gejala dari krisis yang lebih besar di garis pantai Brasil,” kata Dr. Souza.
Kini, saat dunia perlahan menyadari pentingnya menjaga spesies-spesies kecil sebagai fondasi dari sistem kehidupan laut, nasib kepiting mol di Brasil menjadi cermin dari bagaimana kita merespons krisis keanekaragaman hayati yang kian nyata.