InJourney Dorong Candi Borobudur Jadi Destinasi Spiritual Dunia yang Inklusif

Jakarta, sustainlifetoday.com – PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney, sebagai holding BUMN sektor aviasi dan pariwisata, menegaskan komitmennya dalam membangun dan mengembangkan Candi Borobudur sebagai destinasi spiritual kelas dunia yang inklusif dan dapat dinikmati semua kalangan.
Direktur Utama InJourney, Maya Watono, menyampaikan bahwa Borobudur bukan sekadar situs warisan budaya, melainkan juga memiliki makna mendalam sebagai pusat spiritualitas global.
“Candi Borobudur bukan semata warisan budaya, tetapi juga merupakan pusat spiritualitas dunia yang inklusif,” ungkap Maya.
Untuk mewujudkan visi tersebut, InJourney telah menjalankan berbagai inisiatif seperti penyelenggaraan festival budaya, pengembangan spiritual tourism, serta penataan kawasan candi agar lebih ramah bagi pengunjung dan memberikan pengalaman kontemplatif.
Komitmen InJourney ini juga sejalan dengan arah kebijakan pemerintah dalam memajukan kebudayaan nasional dan melestarikan cagar budaya sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
Baca Juga:
- PLN Indonesia Power Berdayakan Disabilitas Lewat Pelatihan Konversi Motor Listrik
- Dorong Komunitas hingga Pelaku Usaha Mikro di Sektor Keberlanjutan, SustainLife Luncurkan Program SMiles
- Bandung Darurat Sampah, Pemkot Siapkan Langkah 40 Hari Atasi Krisis
Hal tersebut ditegaskan Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, dalam pertemuan bersama komunitas Buddhis untuk menyambut bulan suci Waisak 2025, yang berlangsung pada Minggu (4/5). Pertemuan ini dihadiri berbagai organisasi keagamaan dan kebudayaan Buddha seperti Walubi, Permabudi, Buddha Suci, serta akademisi dan budayawan Buddha.
Dalam kesempatan yang sama, Maya Watono turut serta dalam dialog yang membahas beragam inisiatif untuk menjadikan Candi Borobudur sebagai situs budaya yang hidup, inklusif, dan berkembang secara berkelanjutan.
“Komitmen ini bukan hanya tentang menjaga warisan masa lalu, tetapi juga menghadirkan manfaat nyata bagi kesejahteraan masyarakat saat ini dan masa depan,” ujar Fadli Zon. “Tentu diperlukan kolaborasi seluruh pihak untuk mewujudkan ekosistem budaya yang tangguh dan berdampak nyata bagi masyarakat.”
Sebagai bagian dari upaya tersebut, InJourney terus memperkuat kolaborasi dengan para pemangku kepentingan untuk mengembangkan ekosistem pariwisata yang inklusif di kawasan Borobudur. Penataan kawasan dilakukan dengan pendekatan budaya dan spiritualitas melalui penerapan sistem kuota dan jalur khusus untuk naik ke stupa, serta penguatan peran masyarakat lokal.
InJourney juga berkomitmen memberdayakan UMKM dan pedagang lokal di sekitar Candi Borobudur. Dukungan yang diberikan tidak hanya berupa ruang usaha, tetapi juga pelatihan dan pendampingan agar pelaku UMKM dapat “naik kelas” dan berkontribusi lebih besar pada perekonomian daerah.
Dampaknya, keberadaan Borobudur tercatat memberikan multiplier effect yang signifikan, mendorong pertumbuhan ekonomi daerah hingga lebih dari 4,7% per tahun.
“InJourney akan terus mengembangkan ekosistem pariwisata inklusif di Candi Borobudur. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Menteri Kebudayaan atas terbukanya komunikasi ini, sehingga kami mendapat banyak masukan untuk pengembangan Borobudur ke depan,” tutup Maya.