Jika Subsidi BBM Dihapus, Apakah Kendaraan Listrik Jadi Pilihan Tepat?

Jakarta, sustainlifetoday.com – Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan mengisyaratkan bahwa dalam dua tahun mendatang (2027), subsidi bahan bakar minyak (BBM) kemungkinan besar akan dihapus.
“Pada akhirnya, saya berpikir dan menyampaikan kepada Presiden bahwa dalam dua tahun ke depan, kita mungkin bisa mencapai harga tunggal, tanpa subsidi untuk bahan bakar,” ujar Luhut dalam acara Economic Outlook 2025 di The Energy Building, Jakarta, Kamis (20/2).
Rencana pemerintah untuk menghentikan subsidi BBM ini memicu pertimbangan serius bagi masyarakat mengenai alternatif yang lebih ekonomis. Tidak bisa dipungkiri dengan dihapusnya subsidi BBM maka akan terjadi lonjakan harga BBM yang siginifikan.
Salah satu solusi yang semakin relevan adalah beralih ke kendaraan listrik. Penghapusan subsidi BBM akan berdampak signifikan pada peningkatan harga BBM, sehingga biaya operasional kendaraan berbahan bakar fosil diproyeksikan melonjak tajam. Sebaliknya, kendaraan listrik menawarkan berbagai keuntungan yang dapat menjadi pertimbangan utama dalam situasi ini.
Lantas apa saja manfaat yang didapat masyarakat jika beralih ke kendaraan listrik?
1. Penghematan Biaya Operasional
Tanpa subsidi, harga BBM akan melonjak, meningkatkan biaya operasional kendaraan berbahan bakar fosil. Sebaliknya, kendaraan listrik menawarkan biaya operasional yang lebih rendah.
Menurut PT PLN (Persero), untuk menempuh jarak yang sama, sepeda motor listrik hanya memerlukan biaya sekitar Rp2.500, sementara sepeda motor BBM menghabiskan sekitar Rp13.000. Ini berarti penggunaan motor listrik lebih hemat hingga 80% dibandingkan motor BBM.
2. Dukungan Pemerintah dan Insentif
Pemerintah Indonesia aktif mendorong adopsi kendaraan listrik melalui berbagai insentif, seperti keringanan pajak dan subsidi pembelian. Langkah ini bertujuan mengurangi ketergantungan pada impor BBM dan meningkatkan ketahanan energi nasional.
Dengan beralih ke kendaraan listrik, masyarakat dapat memanfaatkan berbagai insentif yang ditawarkan, sehingga biaya kepemilikan kendaraan listrik menjadi lebih terjangkau.
3. Ramah Lingkungan
Kendaraan listrik tidak menghasilkan emisi gas buang, sehingga berkontribusi dalam mengurangi polusi udara. Di kota-kota besar seperti Jakarta, di mana polusi udara menjadi masalah serius, penggunaan kendaraan listrik dapat membantu meningkatkan kualitas udara dan kesehatan masyarakat.
Namun, salah satu hambatan terbesar dalam transisi ke kendaraan listrik adalah harga beli yang masih tinggi. Sebagai contoh, harga mobil listrik di Indonesia saat ini berkisar antara Rp250 juta hingga Rp1 miliar, sementara motor listrik berkisar Rp15 juta hingga Rp35 juta. Bandingkan dengan harga motor BBM yang masih bisa dibeli dengan harga di bawah Rp10 juta atau mobil konvensional yang banyak tersedia di kisaran Rp150 jutaan.
Di sisi lain, pendapatan rata-rata masyarakat Indonesia masih tergolong rendah. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa rata-rata upah buruh di Indonesia pada 2024 hanya sekitar Rp3,5 juta per bulan.
Dengan angka ini, membeli kendaraan listrik menjadi tantangan tersendiri bagi mayoritas masyarakat. Meskipun pemerintah memberikan insentif berupa subsidi dan pembebasan pajak, harga kendaraan listrik tetap berada di luar jangkauan banyak orang.
Baca Juga:
- Luhut: Subsidi BBM Bisa Setop di 2027
- Subsidi BBM Dihapus pada 2027, Apa Saja Dampaknya?
- Mungkinkah Indonesia Lepas dari Ketergantungan Air Mineral Plastik?
Selain harga kendaraan yang mahal, kesiapan infrastruktur pengisian daya juga menjadi faktor krusial. Tidak semua rumah memiliki daya listrik yang cukup untuk mengisi kendaraan listrik secara mandiri. Pengguna kendaraan listrik juga harus mengandalkan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), yang jumlahnya masih terbatas, terutama di luar kota besar.
Di beberapa kasus, pemilik kendaraan listrik bahkan harus mengeluarkan biaya tambahan untuk meningkatkan daya listrik rumah mereka agar bisa memasang charger pribadi. Ini menjadi pengeluaran tambahan yang semakin membebani calon pengguna kendaraan listrik.
Meskipun kendaraan listrik menawarkan biaya operasional yang lebih murah dalam jangka panjang, kendala harga awal dan keterbatasan infrastruktur menjadi tantangan besar bagi masyarakat berpenghasilan rendah hingga menengah. Jika pemerintah ingin mendorong peralihan ke kendaraan listrik, solusi seperti skema kredit ringan, subsidi yang lebih besar, atau kebijakan harga kendaraan listrik yang lebih terjangkau perlu diterapkan.
Tanpa kebijakan yang berpihak pada masyarakat, penghapusan subsidi BBM justru bisa memperburuk ketimpangan ekonomi. Mereka yang mampu akan beralih ke kendaraan listrik, sementara masyarakat kelas menengah ke bawah akan semakin terbebani oleh harga BBM yang tinggi tanpa alternatif yang terjangkau.