Alasan Efisiensi Anggaran oleh Pemerintah: untuk Makan Rakyat

Jakarta, sustainlifetoday.com – Presiden Prabowo Subianto mengungkapkan alasan di balik kebijakan efisiensi anggaran yang diterapkannya. Ia menegaskan bahwa langkah ini dilakukan agar lebih banyak dana negara dialokasikan untuk program makan bergizi gratis bagi rakyat serta perbaikan sekolah.
Dalam pembukaan Kongres Muslimat NU di Jawa Timur, Senin (10/2), Prabowo menyatakan bahwa efisiensi anggaran bertujuan untuk memangkas pengeluaran yang tidak perlu dan menghindari penyalahgunaan dana negara.
“Saya melakukan penghematan. Saya ingin pengeluaran-pengeluaran yang tidak perlu, pengeluaran-pengeluaran mubazir, pengeluaran-pengeluaran yang alasan untuk nyolong, saya ingin dihentikan, dibersihkan,” ujar Prabowo.
Prabowo juga menyinggung adanya pihak yang menentang kebijakan efisiensi ini, terutama di kalangan birokrasi. Menurutnya, masih ada sejumlah pejabat yang merasa kebal hukum dan mempertahankan anggaran berlebih untuk kepentingan pribadi.
“Ada yang melawan saya dalam birokrasi, merasa sudah kebal hukum, merasa sudah menjadi raja kecil. Saya mau menghemat uang, uang itu untuk rakyat, untuk memberi makan anak-anak rakyat,” tegasnya.
Baca Juga:
- Orang Kaya Pakai Gas LPG 3Kg, MUI: Dosa Besar
- Panas, Cina Kenakan Tarif Tambahan hingga 15 Persen untuk Barang AS
- Program Cek Kesehatan Gratis Resmi Dimulai Hari Ini
Selain program makan bergizi gratis, Prabowo juga menargetkan perbaikan sekolah di seluruh Indonesia. Saat ini, terdapat sekitar 330 ribu sekolah yang membutuhkan renovasi, sementara anggaran yang tersedia baru mencukupi untuk perbaikan 20 ribu sekolah. Oleh karena itu, Prabowo ingin memangkas belanja perjalanan dinas, termasuk perjalanan ke luar negeri bagi pejabat negara.
“Kalau perlu, selama satu periode kepemimpinan saya, tidak usah ada yang ke luar negeri kecuali untuk tugas negara. Tugas belajar boleh, tugas atas nama negara boleh, jangan tugas yang dicari-cari untuk jalan-jalan. Kalau mau jalan-jalan, pakai uang sendiri,” ujarnya.
Prabowo juga mengkritik kebiasaan studi banding yang dinilainya tidak efektif, seperti studi banding tentang pengentasan kemiskinan ke Australia.
“Diskusi, diskusi, studi banding, studi banding mau belajar bagaimana mengentaskan kemiskinan, studi bandingnya ke Australia. Australia salah satu 10 negara terkaya di dunia, kok belajar ke Australia?” sindirnya.
Kebijakan efisiensi anggaran ini telah dituangkan dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 tentang Efisiensi Belanja dalam Pelaksanaan APBN dan APBD 2025. Pemerintah menargetkan penghematan anggaran sebesar Rp306,69 triliun, yang terdiri dari Rp256,1 triliun dari belanja kementerian/lembaga (K/L) dan Rp50,59 triliun dari dana transfer ke daerah.
Dengan kebijakan ini, pemerintah berharap anggaran negara dapat lebih difokuskan pada kesejahteraan rakyat, terutama dalam memastikan anak-anak mendapatkan makanan bergizi dan pendidikan yang layak.