Dorong Transisi Energi, Jepang Siap Lanjutkan Pembangunan PLTA Kayan

Jakarta, sustainlifetoday.com – Pemerintah Indonesia dan Jepang menegaskan komitmen bersama dalam mempercepat transisi energi melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Kayan di Kalimantan Utara. Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi dan Investasi, Edi Prio Pambudi, bersama Deputy Commissioner for International Affairs Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri (METI) Jepang, Masanori Tsuruda, resmi menandatangani Letter of Intent Cooperation (LOI) untuk proyek strategis ini.
“Bagi Indonesia, PLTA Kayan bukan hanya sebuah proyek infrastruktur dalam kerangka Asia Zero Emission Community (AZEC). Proyek ini merupakan investasi strategis bagi keamanan energi nasional dan upaya dekarbonisasi,” ujar Edi dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (5/3).
PLTA Kayan yang berlokasi di Sungai Kayan, Kecamatan Long Peso, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara, merupakan salah satu proyek prioritas dalam transisi energi Indonesia. Proyek ini ditargetkan berkontribusi terhadap pencapaian net zero emission pada 2060 dengan menyediakan sumber energi bersih yang berkelanjutan.
Baca Juga:
- THR PNS Bakal Cair Tiga Minggu Sebelum Lebaran
- Lewat Danantara, Empat Negara Tertarik Gelontorkan Investasi Hijau di RI
- Ini Keuntungan Menabung di Bank Emas
Edi menegaskan bahwa Jepang memiliki peran penting sebagai mitra strategis dalam pelaksanaan kebijakan transisi energi di Indonesia. Pemerintah Indonesia juga mendorong Jepang untuk memperkuat kerja sama dalam proyek-proyek energi hijau yang praktis, dapat diperluas, dan inklusif.
Deputy Commissioner METI Jepang, Masanori Tsuruda, menyambut baik penandatanganan LOI ini dan menekankan perlunya tindak lanjut konkret dari kedua negara agar pembangunan PLTA Kayan dapat segera direalisasikan.
“Tantangan dalam membangun PLTA Kayan ini tidaklah mudah. Namun, kami yakin bahwa hubungan bilateral yang erat antara Jepang dan Indonesia akan menjadi modal kuat dalam mewujudkan proyek ini,” ujar Masanori.
PLTA Kayan masuk dalam kategori proyek potensial dalam skema AZEC, bersama dengan proyek pengelolaan lahan gambut dan jaringan transmisi Jawa-Sumatra. Dengan kapasitas 9.000 megawatt (MW), PLTA ini digadang-gadang menjadi pembangkit listrik tenaga air terbesar di Asia Tenggara dengan nilai investasi mencapai 17,8 miliar dolar AS.
Selain mendukung transisi energi, proyek ini juga diharapkan menjadi sumber listrik utama bagi kawasan industri di sekitarnya, mendorong pertumbuhan ekonomi, serta meningkatkan daya saing investasi Indonesia di sektor energi hijau.