Benarkah Pagar Laut Bambu Bisa Cegah Abrasi? Ini Faktanya

JAKARTA, sustainlifetoday.com – Kasus pagar bambu di perairan Kabupaten Tangerang, Banten, kembali memicu perdebatan soal efektivitas dan dampak sosial metode ini dalam mencegah abrasi.
Pagar bambu sepanjang 30,16 kilometer dipasang di wilayah pesisir yang mencakup 16 desa di 6 kecamatan. Namun, alih-alih berfungsi optimal, proyek ini justru memancing kontroversi.
Sejumlah nelayan setempat mengeluhkan bahwa pagar tersebut menghambat aktivitas mereka. “Ini neraka bagi kami,” ujar salah seorang nelayan, mengeluhkan sulitnya mencari nafkah akibat penghalang tersebut.
Akibatnya, pihak berwenang memutuskan untuk membongkar pagar tersebut, sambil menyelidiki penyebab kegagalannya.
Fakta ilmiah menunjukkan bahwa pagar laut berbahan bambu memiliki potensi besar dalam mencegah abrasi, terutama jika digunakan dalam kondisi geografis yang mendukung. Penelitian dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (P3KLP) mengungkapkan bahwa pagar bambu dapat mengurangi kecepatan gelombang hingga 70%, sehingga memungkinkan sedimentasi yang membentuk daratan baru.
Baca Juga:
- Konversi Hutan untuk Bioetanol, Efektif atau Berisiko?
- Deforestasi sampai Ilegal Fishing, Ini Rentetan Masalah Lingkungan di RI
- Catat, Ini Dia Definisi dan Manfaat dari Investasi Berdampak
Namun, Prof. Arief Rahmat dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menegaskan bahwa keberhasilan metode ini sangat bergantung pada kombinasi dengan ekosistem alami, seperti mangrove.
“Pagar bambu sebaiknya digunakan sebagai pelengkap, bukan satu-satunya solusi. Vegetasi mangrove, misalnya, mampu mengikat sedimen yang terperangkap, sehingga hasilnya lebih tahan lama,” ujarnya.
Kasus di Tangerang menjadi pelajaran penting bahwa implementasi pagar bambu tidak hanya membutuhkan kajian teknis, tetapi juga keterlibatan masyarakat lokal.
Tulus Laksono, Direktur Pengendalian Pencemaran Air Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, menambahkan, “Tata kelola yang baik dan edukasi masyarakat pesisir adalah kunci agar inovasi ini berjalan sesuai tujuan.”
Meskipun memiliki potensi ekologis, metode ini perlu dirancang dengan mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi, agar tidak menjadi bumerang bagi komunitas pesisir.