Musim Kemarau Tiba, BMKG Peringatkan Bahaya Kebakaran Hutan

Jakarta, sustainlifetoday.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan puncak musim kemarau di Indonesia akan terjadi pada Juni, Juli, dan Agustus 2025. Selain menghadapi kekeringan, Indonesia juga berpotensi mengalami peningkatan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) selama musim kemarau 2025.
BMKG mengingatkan bahwa wilayah-wilayah yang diprediksi mengalami kemarau lebih kering perlu meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi risiko kebakaran.
“Potensi karhutla akan meningkat di daerah-daerah yang mengalami musim kemarau dengan curah hujan di bawah normal. Oleh karena itu, pencegahan sejak dini harus dilakukan untuk menghindari dampak yang lebih besar,” ujar Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, Senin (17/3).
Wilayah yang berisiko tinggi mengalami karhutla meliputi sebagian Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, serta Papua bagian selatan. Dalam beberapa tahun terakhir, kebakaran hutan di Indonesia telah menjadi ancaman serius terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat akibat polusi asap yang dihasilkan.
BMKG menekankan pentingnya langkah pencegahan, seperti patroli rutin di daerah rawan, penegakan hukum terhadap pembakaran lahan ilegal, serta pemantauan hotspot menggunakan teknologi satelit. Selain itu, pemerintah daerah diimbau untuk mempersiapkan sumber daya pemadam kebakaran dan sistem peringatan dini agar dapat merespons dengan cepat jika terjadi kebakaran.
Sementara itu, sektor lingkungan juga perlu meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai dampak kebakaran hutan, termasuk memburuknya kualitas udara yang dapat berdampak pada kesehatan. Di wilayah perkotaan, risiko kabut asap akibat karhutla bisa memperburuk kondisi udara, terutama di daerah yang sering terdampak seperti Riau, Kalimantan, dan Sumatera Selatan.
Baca Juga:
- Mudik dengan Mobil Listrik? Ini Hal yang Wajib Dipersiapkan
- BMKG Prediksi Puncak Musim Kemarau 2025, Waspada Dampaknya!
- THR Cepat Habis? Simak Cara Bijak Mengaturnya
“Pencegahan lebih baik daripada penanggulangan. Oleh karena itu, kami mengajak seluruh pihak untuk bekerja sama dalam mencegah kebakaran hutan, sehingga dampak lingkungan dan kesehatan dapat dikurangi,” tambah Dwikorita.
Dengan kesiapsiagaan yang lebih baik, diharapkan Indonesia dapat mengurangi potensi kebakaran hutan dan lahan yang sering terjadi saat musim kemarau. Pemerintah daerah, masyarakat, serta pihak terkait diharapkan dapat bekerja sama dalam menjaga ekosistem dan mencegah bencana yang lebih luas.