Mudik Lebaran Ternyata Bisa Rusak Lingkungan! Cek Faktanya

Jakarta, sustainlifetoday.com – Mudik Lebaran merupakan tradisi tahunan yang melibatkan pergerakan jutaan masyarakat Indonesia ke kampung halaman.
Namun, di balik kebahagiaan berkumpul dengan keluarga, aktivitas ini menimbulkan tantangan serius terhadap kelestarian lingkungan, terutama terkait peningkatan emisi karbon dan produksi sampah plastik.
Lonjakan Pergerakan Pemudik dan Dampaknya
Berdasarkan survei Kementerian Perhubungan, potensi pergerakan masyarakat selama Lebaran 2024 mencapai 193,6 juta orang, atau sekitar 71,7% dari total penduduk Indonesia. Lonjakan ini berdampak signifikan pada peningkatan emisi karbon, terutama dari penggunaan kendaraan pribadi.
Data menunjukkan bahwa sektor transportasi menyumbang sekitar 25% dari total emisi karbon global, dengan kendaraan berbahan bakar fosil sebagai kontributor utama. Selama periode mudik, kepadatan lalu lintas dan waktu tempuh yang lebih lama menyebabkan konsumsi bahan bakar meningkat, sehingga emisi karbon yang dilepaskan ke udara juga semakin besar.
Selain emisi karbon, aktivitas mudik juga berkontribusi pada peningkatan polusi udara. Penelitian menunjukkan bahwa selama periode mudik, terjadi peningkatan signifikan pada polusi udara, khususnya kenaikan konsentrasi polutan seperti karbon monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO₂), dan ozon (O₃).
Baca Juga:
- PLN Lakukan Upaya Antisipasi Cuaca Ekstrem saat Lebaran
- Indonesia Targetkan 100% Listrik dari EBT pada 2060, Ini Kunci Suksesnya
- Indonesia Bisa Hasilkan Rp 9 Triliun dari Industri Manufaktur EBT
Hal ini terkait dengan penggunaan kendaraan pribadi yang masif selama mudik. Peningkatan polusi udara ini tidak hanya berdampak pada kualitas udara, tetapi juga berpotensi menimbulkan masalah kesehatan bagi masyarakat, seperti gangguan pernapasan.
Produksi Sampah Plastik yang Meningkat
Selain emisi karbon, produksi sampah plastik juga meningkat selama mudik. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memproyeksikan bahwa selama mudik Lebaran 2024, akan dihasilkan sekitar 58.000 ton sampah tambahan. Dari jumlah tersebut, sampah makanan diprediksi mencapai 40%, sementara sampah plastik juga menyumbang porsi signifikan.
Peningkatan ini disebabkan oleh konsumsi makanan dan minuman dalam kemasan sekali pakai selama perjalanan. Sampah plastik yang tidak terkelola dengan baik dapat mencemari lingkungan, termasuk perairan, dan membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai.
Lalu bagaimana agar tetap bisa menjaga lingkungan selama mudik?
Untuk mengurangi dampak lingkungan akibat mudik, berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan Sustain Peeps agar perjalanan mudik lebih ramah lingkungan:
1. Menggunakan Transportasi Umum
Menggunakan transportasi massal seperti kereta api atau bus dapat mengurangi emisi karbon per penumpang. Kereta api, misalnya, dikenal sebagai moda transportasi yang lebih ramah lingkungan dibandingkan mobil pribadi atau pesawat. Menurut PT KAI, perjalanan menggunakan kereta api dapat mengurangi emisi hingga 75% lebih rendah dibandingkan mobil berbahan bakar fosil dengan jumlah penumpang yang sama.
2. Berbagi Kendaraan (Carpooling)
Jika harus menggunakan mobil pribadi, pertimbangkan untuk berbagi kendaraan dengan keluarga atau teman. Dengan semakin sedikit mobil yang digunakan, konsumsi bahan bakar dan jumlah polusi yang dihasilkan juga akan berkurang.
3. Membawa Peralatan Makan dan Minum Sendiri
Pemudik dapat mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dengan membawa botol minum dan alat makan pribadi. Langkah sederhana ini dapat mengurangi jumlah limbah plastik yang sering kali mencemari lingkungan sepanjang jalur mudik.
4. Membuang Sampah pada Tempatnya
Untuk mengatasi masalah sampah saat mudik, pemudik harus memastikan sampah dibuang di tempat yang disediakan dan jika memungkinkan, pemudik bisa melakukan pemilahan sampah yang organik dan anorganik.
5. Memilih Produk Lokal dan Ramah Lingkungan
Saat berada di kampung halaman, pilihlah produk lokal dan makanan organik. Selain mendukung ekonomi masyarakat setempat, konsumsi produk lokal juga mengurangi jejak karbon dari distribusi barang yang membutuhkan transportasi jarak jauh. Selain itu, pastikan juga selalu mengutamakan produk yang ramah lingkungan menghindari produk sekali pakai.