IESR Luncurkan Kajian Terkait Pengembangan Manufaktur EBT di RI

Jakarta, sustainlifetoday.com – Institute for Essential Services Reform (IESR) merilis kajian terbaru berjudul Market Assessment for Indonesia’s Domestic Manufacturing Industry for Renewable Energy. Kajian ini menyoroti potensi besar industri manufaktur dalam negeri untuk mendukung pengembangan energi terbarukan (EBT), khususnya pada rantai pasok modul surya, turbin angin, dan sistem penyimpanan energi baterai.
Menurut Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, transisi energi bukan hanya sebuah keharusan lingkungan, tetapi juga peluang ekonomi bagi Indonesia untuk mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam dan menciptakan ekonomi yang lebih berkelanjutan.
“Keberhasilan Indonesia dalam transisi energi tidak hanya bergantung pada target kapasitas energi terbarukan, tetapi juga pada kemampuan kita membangun rantai pasok yang kuat dan mandiri. Tanpa manufaktur dalam negeri yang kompetitif, kita akan terus bergantung pada impor dan kehilangan kesempatan untuk meraih manfaat ekonomi dari transisi energi,” ujar Fabby.
Dengan komitmen global untuk melipatgandakan kapasitas energi terbarukan hingga 2030—sebagaimana tercantum dalam Perjanjian Paris dan Triple Renewable Energy Capacity Pledge—Indonesia memiliki peluang strategis untuk menjadi pemain utama dalam rantai pasok global energi terbarukan.
IESR mengidentifikasi beberapa teknologi utama yang perlu dikembangkan secara masif, yaitu energi surya, energi angin, dan sistem penyimpanan energi baterai. Saat ini, biaya investasi untuk teknologi EBT telah menurun drastis dalam satu dekade terakhir, menciptakan optimisme terhadap pencapaian target dekarbonisasi.
Baca Juga:
- Industri Panel Surya Indonesia Tumbuh, Tapi Masih Terkendala Sektor Hulu
- Indonesia Targetkan 100% Listrik dari EBT pada 2060, Ini Kunci Suksesnya
- Kemenhut Catat Lonjakan Deforestasi, Hutan Indonesia Kian Tergerus
Dalam rencana umum ketenagalistrikan nasional 2024-2060, Pemerintah Indonesia menargetkan kapasitas 109 GW untuk tenaga surya dan 73,5 GW untuk tenaga angin sebagai bagian dari strategi Net Zero Emission 2060. Namun, tanpa penguatan manufaktur dalam negeri, Indonesia berisiko terus bergantung pada impor teknologi energi terbarukan, yang dapat menyebabkan kerentanan terhadap gangguan rantai pasok global dan kehilangan manfaat ekonomi dari transisi energi.
Manfaat Industrialisasi Energi Terbarukan
Kajian ini menggarisbawahi berbagai manfaat strategis dari pengembangan industri manufaktur energi terbarukan di Indonesia, antara lain:
- Pertumbuhan Ekonomi: Dengan membangun industri manufaktur yang kuat, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada ekspor sumber daya alam dan beralih ke industri bernilai tambah tinggi.
- Penciptaan Lapangan Kerja: Ribuan pekerjaan baru dapat tercipta, terutama di sektor manufaktur dan teknologi canggih.
- Ketahanan Energi: Dengan mengembangkan rantai pasok lokal, Indonesia dapat meningkatkan ketahanan energi dan mengurangi risiko dari fluktuasi pasar global.
- Peluang Ekspor: Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi eksportir utama teknologi energi terbarukan di kawasan Asia-Pasifik.
Laporan ini juga mencakup analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) untuk industri manufaktur energi terbarukan di Indonesia. Beberapa faktor pendukung utama yang diidentifikasi dalam kajian ini meliputi:
- Kerangka Kebijakan: Kebijakan yang mendukung pembentukan pasar domestik.
- Akses terhadap Energi dan Sumber Daya: Memastikan industri memiliki akses terhadap energi terbarukan yang cukup untuk produksi.
- Prioritas Pasar Domestik: Menjadikan produk dalam negeri sebagai prioritas dalam pengadaan teknologi energi terbarukan.
- Dukungan Pemerintah dan Masyarakat: Menciptakan ekosistem industri yang kondusif dengan insentif dan kebijakan yang berpihak pada industri lokal.
- Pengembangan Tenaga Kerja Terampil: Menyiapkan tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam teknologi manufaktur energi terbarukan.
- Implementasi ESG (Environmental, Social, and Governance): Memastikan standar keberlanjutan diterapkan dalam proses produksi.
Rekomendasi IESR untuk Penguatan Industri Manufaktur EBT
Untuk mendorong pertumbuhan industri manufaktur energi terbarukan di Indonesia, pemerintah disebut perlu mengambil langkah strategis dengan meningkatkan insentif bagi produsen dalam negeri. Insentif fiskal dan non-fiskal menjadi kunci dalam menarik investasi ke sektor ini, memastikan bahwa industri yang bergerak dalam manufaktur energi terbarukan mendapatkan dukungan yang memadai untuk berkembang.
Selain itu, membangun ekosistem riset dan inovasi juga menjadi faktor krusial dalam meningkatkan daya saing industri manufaktur dalam negeri. Dengan memperkuat riset dan pengembangan teknologi lokal, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada impor serta mendorong munculnya inovasi baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan pasar domestik.
Baca Juga:
- Industri Panel Surya Indonesia Tumbuh, Tapi Masih Terkendala Sektor Hulu
- Indonesia Targetkan 100% Listrik dari EBT pada 2060, Ini Kunci Suksesnya
- Kemenhut Catat Lonjakan Deforestasi, Hutan Indonesia Kian Tergerus
Kemitraan dengan investor global juga harus didorong sebagai langkah strategis untuk mempercepat transfer teknologi dan meningkatkan kapasitas produksi dalam negeri. Kolaborasi dengan perusahaan multinasional dapat membuka akses ke teknologi canggih dan praktik terbaik yang telah diterapkan di berbagai negara, sehingga industri manufaktur energi terbarukan di Indonesia dapat berkembang lebih cepat dan lebih efisien.
Dukungan regulasi yang adaptif dan ramah investasi juga perlu dihadirkan untuk memastikan pertumbuhan industri ini berjalan lancar. Regulasi yang fleksibel dan pro-bisnis akan menarik lebih banyak pelaku industri untuk terlibat dalam rantai pasok energi terbarukan, menciptakan lingkungan yang kondusif bagi investasi dan ekspansi usaha.
Terakhir, keberlanjutan pasar domestik harus dijaga dengan menerapkan kebijakan yang mengutamakan penggunaan produk dalam negeri. Dengan demikian, manufaktur lokal memiliki pasar yang stabil, memungkinkan industri untuk terus berkembang dan berkontribusi pada target transisi energi Indonesia menuju Net Zero Emissions.