Mengenal Rekayasa Cuaca, Apakah Aman bagi Lingkungan dan Manusia?

Jakarta, sustainlifetoday.com – Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau rekayasa cuaca adalah metode yang digunakan untuk mengubah kondisi atmosfer guna mengendalikan curah hujan. Di Indonesia, TMC telah digunakan dalam berbagai situasi, seperti mengurangi banjir di Jakarta, menanggulangi kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatra, serta mengamankan perhelatan besar seperti Asian Games dan KTT G20.
Anggota Komisi V DPR RI, Danang Wicaksana Sulistya, menyatakan bahwa teknologi modifikasi cuaca dapat mengurangi intensitas hujan yang berpotensi memicu banjir. Ia menekankan perlunya koordinasi antara BMKG, BNPB, dan pemangku kepentingan lainnya dalam pelaksanaan TMC.
“Kami meminta modifikasi cuaca yang sudah dilaksanakan BMKG agar bisa ditingkatkan. Langkah ini penting untuk mengurangi risiko bencana, terutama di wilayah Jabodetabek yang rawan genangan dan banjir saat musim hujan,” kata Danang, dalam keterangan persnya, Kamis (6/3).
Bagaimana Cara Kerja Rekayasa Cuaca?
Rekayasa cuaca dilakukan melalui proses yang disebut cloud seeding atau penyemaian awan. Metode ini bertujuan untuk mempercepat pembentukan hujan atau mengalihkan hujan ke lokasi tertentu. Berikut adalah tahapan utamanya:
1. Identifikasi Awan yang Potensial
Sebelum melakukan penyemaian, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersama tim ahli memantau kondisi atmosfer menggunakan radar cuaca dan satelit. Mereka mencari awan Cumulus yang memiliki kelembapan tinggi dan berpotensi menghasilkan hujan.
2. Penyemaian Awan
Setelah awan yang cocok ditemukan, bahan penyemaian seperti Natrium Klorida (NaCl) atau Perak Iodida (AgI) disebarkan ke dalam awan menggunakan pesawat atau drone. Zat ini berfungsi sebagai inti kondensasi, membantu mempercepat pembentukan tetesan air yang kemudian jatuh sebagai hujan.
Baca Juga:
- Sampah Makanan Selalu Melonjak saat Ramadhan, Bagaimana Mengatasinya?
- Resmi! Ini Jadwal Cuti Bersama Lebaran 2025
- Ingin Puasa Penuh Makna? Green Ramadhan Solusinya
3. Proses Kondensasi dan Presipitasi
Partikel dari bahan penyemaian menarik uap air di dalam awan, menyebabkan terbentuknya butiran air yang lebih besar dan lebih cepat jatuh sebagai hujan. Proses ini dapat meningkatkan intensitas hujan di daerah tertentu atau mengalihkan curah hujan dari wilayah yang rentan terhadap banjir.
4. Pemantauan Efektivitas
Setelah penyemaian, tim BMKG dan BNPB memantau hasilnya melalui radar cuaca dan analisis data curah hujan. Jika diperlukan, penyemaian tambahan dapat dilakukan untuk mencapai target yang diinginkan.
Dampak Rekayasa Cuaca
Meskipun rekayasa cuaca sering digunakan untuk mitigasi bencana, ada beberapa dampak lingkungan yang perlu diperhatikan:
1. Perubahan Pola Curah Hujan
Penyemaian awan dapat menyebabkan hujan lebih cepat turun di satu daerah, tetapi dapat mengurangi curah hujan di daerah lain. Hal ini bisa berdampak pada daerah yang bergantung pada siklus hujan alami untuk pertanian dan sumber air.
2. Potensi Polusi dan Dampak Kesehatan
Zat kimia yang digunakan, seperti perak iodida dan garam, dalam jumlah besar dapat mencemari tanah dan air. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perak iodida dalam jumlah kecil relatif aman, tetapi akumulasi jangka panjang dapat berdampak pada organisme air. Menurut studi dari Universitas Airlangga, polusi udara juga bisa terjadi jika penyemaian dilakukan dalam kondisi atmosfer yang tidak stabil.
3. Gangguan pada Ekosistem Lokal
Jika hujan dipaksakan di satu wilayah, daerah sekitarnya bisa mengalami kekeringan yang tidak alami. Perubahan pola hujan juga dapat memengaruhi ekosistem, termasuk pola migrasi burung dan hewan yang bergantung pada air.
4. Efektivitas yang Tidak Selalu Terjamin
Ahli meteorologi menyebut bahwa faktor cuaca yang kompleks dapat membuat rekayasa cuaca kurang efektif. Menurut BMKG, operasi TMC di Jakarta berhasil mengurangi curah hujan hingga 30-60%, tetapi di beberapa kondisi ekstrem, seperti saat terjadi cold pool, efeknya bisa lebih kecil dari yang diharapkan.
Meskipun memberikan manfaat nyata, penggunaan rekayasa cuaca harus diimbangi dengan kebijakan lingkungan yang berkelanjutan untuk memastikan kesejahteraan manusia dan alam tetap terjaga.