Meneladani Nilai dan Makna Keberlanjutan di Malam Nisfu Syaban, Ini Caranya!

Jakarta, sustainlifetoday.com – Malam Nisfu Syaban selalu menjadi momen istimewa bagi umat Muslim. Diperingati sebagai malam penuh berkah, Nisfu Syaban menjadi kesempatan untuk refleksi diri dan meningkatkan kualitas ibadah. Namun, di balik nilai spiritualnya, ada pesan mendalam yang bisa dikaitkan dengan keberlanjutan, baik dalam kehidupan sosial maupun lingkungan.
Secara historis, Nisfu Syaban dipandang sebagai malam di mana amal perbuatan manusia selama satu tahun dicatat dan ditentukan. Umat Muslim dianjurkan untuk memperbanyak doa, introspeksi, serta memperbaiki hubungan dengan sesama. Dalam konteks keberlanjutan, refleksi ini bisa diterapkan pada pola hidup yang lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakat.
Dr. Ahmad Fauzi, pakar kajian Islam dan lingkungan dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, menyatakan bahwa ajaran Islam mendorong keseimbangan dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam menjaga alam.
“Nisfu Syaban adalah waktu yang tepat untuk introspeksi, tidak hanya dalam ibadah, tetapi juga dalam cara kita memperlakukan bumi ini. Konsep ‘mizan’ dalam Islam mengajarkan keseimbangan dan keberlanjutan dalam kehidupan,” ujarnya.
Islam mengajarkan konsep wasatiyyah, yakni keseimbangan dalam segala hal, termasuk dalam konsumsi sumber daya alam. Nabi Muhammad SAW sendiri mencontohkan hidup sederhana dan tidak berlebihan dalam menggunakan air, makanan, maupun barang-barang lainnya.
Dalam konteks modern, konsep ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan cara:
1. Mengurangi Pemborosan Makanan
Dalam sebuah laporan FAO (Food and Agriculture Organization), sekitar 30% makanan yang diproduksi di dunia terbuang sia-sia setiap tahunnya. Padahal, Islam mengajarkan bahwa membuang makanan adalah tindakan yang tidak disukai Allah. Dengan mempraktikkan pola konsumsi yang lebih sadar, seperti membeli bahan makanan seperlunya dan mengolah sisa makanan, kita sudah menerapkan prinsip keberlanjutan.
2. Menghemat Air dan Energi
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Nabi Muhammad SAW bahkan menganjurkan untuk tidak berlebihan dalam menggunakan air meskipun sedang berwudhu di sungai. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya konservasi sumber daya alam. Dengan menerapkan kebiasaan hemat air dan listrik, kita turut menjaga keseimbangan ekosistem.
3. Mengurangi Penggunaan Plastik Sekali Pakai
Sampah plastik menjadi salah satu permasalahan lingkungan terbesar di dunia, termasuk di Indonesia. Dengan membawa tas belanja sendiri, menggunakan botol minum yang dapat diisi ulang, serta menghindari penggunaan sedotan plastik, kita bisa menerapkan gaya hidup yang lebih ramah lingkungan, sejalan dengan ajaran Islam tentang tanggung jawab terhadap bumi.
4. Memperbanyak Sedekah dan Gaya Hidup Berbagi
Keberlanjutan tidak hanya tentang lingkungan, tetapi juga tentang sosial. Islam sangat menekankan pentingnya berbagi dengan sesama, baik melalui sedekah, wakaf, maupun zakat. Dengan berbagi, kesenjangan sosial dapat dikurangi, dan ekonomi sirkular yang lebih berkelanjutan bisa terbentuk.
Baca Juga:
- Alasan Efisiensi Anggaran oleh Pemerintah: untuk Makan Rakyat
- Deputi Transformasi Hijau dan Digital Otorita IKN Mundur, Ini Alasannya
- Tok, Muhammadiyah Tetapkan 1 Ramadan 1446 H Jatuh pada 1 Maret 2025
Nisfu Syaban bukan hanya sekadar malam untuk berdoa dan introspeksi, tetapi juga momen yang tepat untuk mengimplementasikan keberlanjutan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menerapkan pola konsumsi yang lebih bijak, menjaga lingkungan, serta meningkatkan kepedulian sosial, kita tidak hanya menjalankan nilai-nilai agama, tetapi juga berkontribusi pada masa depan bumi yang lebih baik.
Sebagaimana disampaikan oleh Prof. M. Quraish Shihab dalam bukunya Membumikan Al-Qur’an, “Islam tidak hanya berbicara tentang ibadah ritual, tetapi juga tentang bagaimana manusia berinteraksi dengan alam dan sesamanya.” Refleksi Nisfu Syaban bisa menjadi langkah awal menuju gaya hidup yang lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab.