Soroti Pelestarian Cagar Budaya yang Berkelanjutan, Perisai Budaya Nusantara Gelar Seminar Nasional

JAKARTA, sustainlifetoday.com – Perkumpulan Pelestari Cagar Budaya Nusantara (Perisai Budaya Nusantara/PBN) menggelar Seminar Nasional dan Pameran bertajuk “Pelestarian Cagar Budaya yang Berkelanjutan” di Galeri Cemara 6, Jakarta, pada Selasa (11/2). Acara ini bertujuan untuk membahas tantangan serta strategi pelestarian cagar budaya di Indonesia agar tetap lestari bagi generasi mendatang.
Ketua PBN, Hasanuddin, dalam sambutannya menekankan bahwa cagar budaya memiliki sifat rapuh, unik, langka, terbatas, dan tidak terbarui. Oleh karena itu, upaya pelestariannya harus dilakukan secara berkelanjutan dan melibatkan berbagai pihak.
“Sebagai sumber daya budaya, cagar budaya memiliki nilai sejarah, ilmu pengetahuan, dan karakter bangsa yang harus dijaga. Namun, upaya pelestariannya menghadapi banyak tantangan, baik dari faktor alam, modernisasi, maupun kebijakan yang kurang berpihak,” ujar Hasanuddin.
Baca Juga:
- Alasan Efisiensi Anggaran oleh Pemerintah: untuk Makan Rakyat
- Demi Hemat Anggaran, ASN Bakal WFA 2 Kali Seminggu
- Tolak Sedotan Kertas, Trump Teken Kebijakan Gunakan Kembali Sedotan Plastik
Ia juga menyoroti bahwa tantangan dalam pelestarian cagar budaya tidak hanya datang dari faktor eksternal, tetapi juga dari kesalahan dalam praktik pelestarian itu sendiri.
Dalam skala mikro, jelas Hasannudin, tantangan itu justru datang dari internal, yang acap kurang tepat dalam upaya melakukan pelestarian baik dalam rupa konservasi, restorasi, maupun pemugaran dari benda cagar budaya itu sendiri.
“Mulai dari perencanaan, penggunaan material, pelaksanaan (terutama menyangkut aspek safety), pengawasan, dan pemeliharaan. Upaya pelestarian cagar budaya sejatinya patut memperhatikan keseimbangan antara kepentingan akademis, ideologis, nasionalis, dan ekonomis, demi keberlanjutan cagar budaya itu sendiri,” terangnya.
Kolaborasi Lintas Profesi untuk Pelestarian Cagar Budaya
Seminar ini menghadirkan delapan pemateri dari berbagai disiplin ilmu dan profesi, yang mencerminkan pentingnya pendekatan multidisiplin dalam pelestarian cagar budaya. Dari unsur pemerintah, hadir Judi Wahjuddin, selaku Sekretaris Dirjen Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan Kementerian Kebudayaan, yang menjelaskan peran regulasi dalam mendukung pelestarian.
Kemudian, Norviadi Setio Husodo, Kepala Pusat Konservasi Cagar Budaya Pemprov DKI Jakarta, membahas kebijakan daerah dalam mengelola dan menjaga keberlanjutan cagar budaya di ibu kota. Dr. Wiwin Djuwita Ramelan, seorang pakar pelestarian yang juga penyusun Pedoman Etika Pelestarian, memberikan perspektif mengenai prinsip-prinsip etis yang harus dipegang dalam upaya konservasi dan restorasi.
Dari bidang keselamatan dan kesehatan kerja (K3), Prof. Dr. Indri Hapsari Susilowati, Guru Besar K3 dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, menyoroti aspek keamanan dalam proses pemugaran dan perawatan cagar budaya. Sementara itu, Albertus Kriswandhono, seorang arsitek cagar budaya, menjelaskan pendekatan desain dan teknik arsitektur dalam mempertahankan keaslian struktur bangunan bersejarah.
Gatot Gautama, Kepala Tim Ahli Cagar Budaya Provinsi DKI Jakarta, berbagi pengalamannya dalam menilai kelayakan suatu objek sebagai cagar budaya dan tantangan yang dihadapi dalam proses tersebut. Dari bidang kimia, Sugiarto Goenawan, lulusan FH Retlingen Jerman sekaligus pecinta cagar budaya, mengungkapkan peran ilmu kimia dalam merawat material kuno agar tetap terjaga dari degradasi.
Melengkapi jajaran narasumber, Subkhan, Ketua Komisi II Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N) sekaligus Ketua Forum QHSE BUMN Karya, membahas pentingnya aspek keselamatan dalam setiap tahapan pelestarian cagar budaya, mulai dari konservasi hingga pemugaran.
Baca Juga:
- Orang Kaya Pakai Gas LPG 3Kg, MUI: Dosa Besar
- Panas, Cina Kenakan Tarif Tambahan hingga 15 Persen untuk Barang AS
- Program Cek Kesehatan Gratis Resmi Dimulai Hari Ini
Menurut Hasanuddin, pelestarian cagar budaya yang berkelanjutan hanya dapat dilakukan melalui kolaborasi lintas ilmu dan profesi.
“Pelestarian cagar budaya tidak bisa dilakukan secara parsial. Dibutuhkan pendekatan yang sistematis, integratif, dan berbasis pada ekosistem yang berkelanjutan,” tambahnya.
Dukungan terhadap Program Indonesia sebagai Pusat Peradaban Dunia
Seminar ini juga menjadi bagian dari upaya mendukung program pemerintah yang ingin menjadikan Indonesia sebagai pusat peradaban dunia. Selain itu, kegiatan ini turut memperingati Bulan K3 Nasional 2025, mengingat aspek keselamatan juga menjadi faktor penting dalam konservasi cagar budaya.
Sebagai organisasi yang fokus pada pelestarian cagar budaya, PBN berkomitmen untuk terus melakukan edukasi, sosialisasi, bimbingan teknis, konsultansi, serta publikasi guna meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pelestarian warisan budaya.
Melalui seminar ini, PBN berharap semakin banyak pihak yang peduli terhadap cagar budaya dan mendukung upaya pelestariannya secara berkelanjutan demi menjaga warisan sejarah bangsa.
Sebagai informasi tambahan, PBN merupakan suatu wadah (berkekuatan hukum tetap) yang menghimpun sejumlah pihak dari berbagai disiplin ilmu dan profesi berbeda, yang memiliki tujuan sama. Sejauh ini, PBN beranggotakan arkeolog, arsitek, ahli pelestarian, pakar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan (K3L), praktisi, pengusaha, dan media.