Studi: Perubahan Iklim Ancam 25% Spesies Hewan Global

Jakarta, sustainlifetoday.com — Perubahan iklim diperkirakan menjadi ancaman besar ketiga terhadap keanekaragaman hayati global, setelah eksploitasi berlebihan dan kerusakan habitat. Temuan ini diungkapkan dalam sebuah studi baru yang diterbitkan di jurnal BioScience dan dipimpin oleh William Ripple, profesor ekologi dari Oregon State University (OSU).
Studi ini menganalisis lebih dari 70.000 spesies dari 35 kelas hewan menggunakan data terbuka dan penilaian risiko dari International Union for Conservation of Nature (IUCN). Hasilnya menunjukkan bahwa perubahan iklim secara langsung mengancam setidaknya 25% spesies dalam enam kelas utama, termasuk arachnida, kelabang, dan invertebrata laut seperti karang dan ubur-ubur.
“Kami sangat prihatin terhadap hewan-hewan laut, karena laut menyerap sebagian besar panas dari perubahan iklim, mereka sangat rentan terhadap pemanasan yang terus meningkat,” ujar Ripple, dikutip dari ScienceDaily, Selasa (25/5).
Invertebrata laut dinilai sangat rentan karena keterbatasan mobilitasnya dan ketidakmampuan mereka untuk menghindari kondisi ekstrem. Studi ini juga mencatat peningkatan kejadian kematian massal akibat fenomena cuaca ekstrem seperti gelombang panas, kebakaran hutan, dan banjir, yang berisiko memicu efek domino terhadap keseimbangan ekosistem.
Baca Juga:
- Ecoplease Hadirkan Solusi Kemasan Tanpa Mikroplastik, Dorong Industri F&B Lebih Ramah Lingkungan
- Perubahan Iklim Bisa Mengubah Rasa Anggur di Masa Depan
- MPR Lirik Teknologi Nuklir Modular untuk Masa Depan Energi Bersih Indonesia
Contohnya, populasi moluska di pesisir Israel anjlok hingga 90% akibat pemanasan air laut. Di tahun 2021, miliaran invertebrata pesisir mati di wilayah Pasifik Barat Laut karena gelombang panas ekstrem. Di Great Barrier Reef, 29% terumbu karang mati setelah gelombang panas laut tahun 2016.
Dampak perubahan iklim juga dirasakan spesies vertebrata. Sekitar 4 juta burung laut common murres mati kelaparan pada 2015–2016 karena terganggunya rantai makanan akibat pemanasan laut. Populasi ikan cod Pasifik pun menurun hingga 71% karena stres metabolik dan kurangnya ketersediaan mangsa.
Namun, studi ini juga mengungkap kekosongan besar dalam penilaian risiko. Lebih dari 65% kelas hewan belum memiliki penilaian risiko iklim oleh IUCN. Dari seluruh spesies yang telah dideskripsikan di dunia, hanya 5,5% yang telah dinilai dampaknya terhadap perubahan iklim.
“Kita perlu database global tentang peristiwa kematian massal akibat perubahan iklim dan percepatan penilaian terhadap spesies yang selama ini diabaikan,” tegas Ripple.
Ia juga menyerukan pentingnya integrasi kebijakan iklim dan keanekaragaman hayati dalam skala global, serta penilaian yang lebih menyeluruh terhadap spesies non-vertebrata yang selama ini kurang mendapat perhatian.