Ketum Forum QHSE BUMN Konstruksi di ISBF 2025: ESG Mutlak Diberlakukan di Sektor Konstruksi

Bali, sustainlifetoday.com – Meski tak sebesar industri migas, fabrikasi, dan pertambangan, konstruksi menjadi salah satu sektor penyumbang emisi karbon. Polutan ini dihasilkan dari aneka kegiatan konstruksi yang masih menggunakan bahan bakar fosil.
Menyadari akan hal itu, dunia konstruksi Indonesia sejak beberapa tahun terakhir, sudah berbenah dengan menggalakan gerakan dekarbonisasi.
Gerakan yang bertujuan mengurangi atau menghilangkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan karbon dioksida (CO2) ini setidaknya sudah dilakukan sejumlah BUMN Konstruksi.
Melalui Forum QHSE BUMN Konstruksi, gerakan dekarbonisasi di sektor konstruksi Indonesia bahkan sudah dilakukan dengan menggandeng Japan External Trade Organization (JETRO).
Demikian dikatakan Ketua Umum Forum QHSE BUMN Konstruksi Subkhan saat ditemui Improvement di Nusa Dua, Bali, Kamis (23/1/2025) silam.
Kala itu Subkhan baru saja memaparkan materinya bertajuk “Implementing ESG in Construction Ensuring Safety, Quality, and Sustainability” dalam acara FGD Indonesia Sustainable Business Forum (ISBF) 2025.
“Industri konstruksi memiliki dampak besar terhadap lingkungan, sosial, dan ekonomi. Oleh karena itu, penerapan ESG (Environmental, Social, and Governance) menjadi kebutuhan mutlak untuk memastikan keberlanjutan sektor konstruksi,” kata Subkhan.
ISBF 2025 diselenggarakan oleh SustainLife Today, sebuah platform media yang berfokus pada isu keberlanjutan di Indonesia.
Mengusung tema “Accelerating ESG Adoption Across Sectors for a Sustainable 2025 Future,” acara ini dirancang untuk mendorong percepatan adopsi prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) di berbagai sektor industri.
Dikatakan Subkhan, implementasi ESG bukan hanya tentang mematuhi peraturan, tetapi juga menciptakan nilai tambah bagi semua pemangku kepentingan.
“Pendekatan ESG dapat menjadi solusi untuk menciptakan sektor konstruksi yang lebih aman, berkualitas, dan berkelanjutan,” katanya.
Ketua Komisi II Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N) ini mengakui bahwa aspek ESG masih belum begitu akrab di dunia konstruksi. Hal ini dikarenakan banyak perusahaan konstruksi yang belum sepenuhnya memahami manfaat dari penerapan ESG.
Baca Juga:
- Konversi Hutan untuk Bioetanol, Efektif atau Berisiko?
- Cara Efektif Kurangi Tagihan Listrik dan Jejak Karbon di Rumah
- Tren Gaya Hidup Zero Waste, Cocok untuk Pasangan Muda?
Komitmen Kuat
Kondisi itu menjadi salah satu tantangan yang dihadapi dalam penerapan ESG di dunia konstruksi.
Tantangan kedua, katanya, biaya awal penerapan ESG yang dianggap masih tinggi. Ia tak memungkiri bahwa penerapan ESG harus dibarengi dengan penggunaan aneka teknologi ramah lingkungan dan pelatihan SDM. “Jadi sering dianggap mahal,” katanya.
Lalu tantangan ketiga, terkait regulasi yang dianggapnya masih belum merata. Sebab di sejumlah wilayah, masih minim standar ESG yang jelas dan terukur.
Toh, menurut pria asal Cirebon Jawa Barat ini, ketiga tantangan tersebut dapat diatasi dengan komitmen kuat dari seluruh pemangku kepentingan. Mulai dari pemerintah, pengembang, hingga pekerja di lapangan.
Subkhan merekomendasikan langkah-langkah konkret untuk mengintegrasikan ESG ke dalam proyek konstruksi. Yaitu:
- Mengadopsi teknologi hijau, seperti penggunaan bahan daur ulang dan sistem bangunan hemat energi.
- Meningkatkan pelatihan K3, untuk memastikan keselamatan pekerja di semua tahap proyek.
- Melibatkan komunitas lokal, dengan menciptakan lapangan kerja dan memberikan manfaat sosial langsung.
ESG, Membangun Masa Depan Lebih Baik
Lantas, apa manfaat yang diperoleh bagi dunia konstruksi dengan penerapan ESG?
“Ya banyak. Antara lain mengurangi risiko kecelakaan kerja, dengan meningkatkan standar keselamatan. Posisi K3 dalam ESG berada di dalam aspek Social (S),” katanya.
Lalu, penerapan ESG melalui komitmen keberlanjutan, akan memperkuat citra atau reputasi perusahaan. Good implementing ESG ia a good business.
Selanjutnya adalah meningkatkan efisiensi operasional, yang berdampak pada penghematan biaya.
Baca Juga:
- Konversi Hutan untuk Bioetanol, Efektif atau Berisiko?
- Cara Efektif Kurangi Tagihan Listrik dan Jejak Karbon di Rumah
- Tren Gaya Hidup Zero Waste, Cocok untuk Pasangan Muda?
“Dengan ESG, kita tidak hanya membangun infrastruktur, tetapi juga membangun masa depan yang lebih baik untuk generasi mendatang,” ujarnya.
Terkait regulasi, dunia konstruksi Indonesia sejatinya sudah mulai menerapkan sejak Pemerintah melakui Kementerian Pekerjaan Umum (PU) mengeluarkan Permen PUPR No 10 tahun 2021 tentang Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK).
Dalam regulasi tersebut disebutkan bahwa Keselamatan Konstruksi adalah segala kegiatan keteknikan untuk mendukung pekerjaan konstruksi dalam mewujudkan pemenuhan standar keamanan, keselamatan, kesehatan dan keberlanjutan (K4).
Standar K4 dilakukan guna menjamin keselamatan keteknikan konstruksi, keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, keselamatan publik dan lingkungan.
“Jadi dunia konstruksi sudah harus menerapkan aspek keberlanjutan (sustainable) sejak diberlakukannya peraturan menteri tersebut,” pungkasnya.
Forum BUMN Konstruksi merupakan sebuah wadah yang menghimpun QHSE di seluruh BUMN Konstruksi.
Sejak didirikan pada Februari 2020, anggota Forum QHSE BUMN Konstruksi terdiri atas 15 BUMN Konstruksi dan dua peruahaan non-konstruksi.