Tren Gaya Hidup Zero Waste, Cocok untuk Pasangan Muda?

Jakarta, sustainlifetoday.com – Gaya hidup zero waste, yang bertujuan meminimalkan produksi sampah dengan berfokus pada prinsip “reduce, reuse, recycle,” semakin digemari oleh pasangan muda. Di tengah meningkatnya kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan, gaya hidup ini menjadi pilihan yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga mempererat hubungan dengan pasangan melalui kerja sama dan komitmen bersama.
Mengapa Zero Waste Menjadi Tren?
Menurut survei yang dilakukan Jakpat, sebanyak 78% generasi muda Indonesia tertarik untuk menerapkan gerakan zero waste dalam kehidupan sehari-hari, dan 16% di antaranya telah aktif melakukannya. Alasan utamanya adalah keinginan menjaga bumi untuk generasi mendatang (94%) serta mengurangi sampah yang berkontribusi pada kerusakan lingkungan (48%).
Dari sisi kebiasaan, langkah kecil seperti membawa tas belanja sendiri, menggunakan tumbler, hingga mengurangi penggunaan plastik sekali pakai menjadi upaya yang paling sering dilakukan. Fenomena ini semakin menunjukkan bahwa gaya hidup zero waste tidak hanya sekadar tren, tetapi juga menjadi bagian dari solusi global menghadapi krisis lingkungan.
BACA JUGA: 5 Kafe dengan Konsep Ramah Lingkungan di Jakarta, Wajib Dicoba!
Bagi pasangan muda, gaya hidup zero waste bukan hanya soal lingkungan. Banyak pasangan yang merasa bahwa menjalani gaya hidup ini membantu mereka menciptakan hubungan yang lebih harmonis. Mereka bekerja sama dalam mencari alternatif ramah lingkungan, seperti menggunakan produk reusable di rumah tangga atau memilih bahan pangan organik dan lokal.
“Gaya hidup ini membutuhkan kolaborasi dan komunikasi yang baik antara pasangan. Melalui proses tersebut, mereka belajar tentang kompromi dan saling mendukung, yang pada akhirnya mempererat hubungan mereka,” ujar Yuyun Ismawati, seorang aktivis lingkungan dan peraih Goldman Environmental Prize.
Tantangan yang Harus Diatasi
Namun, perjalanan menerapkan gaya hidup zero waste tidak selalu mulus. Tantangan terbesar bagi banyak pasangan adalah menemukan fasilitas pendukung seperti bank sampah atau toko ramah lingkungan di sekitar mereka. Selain itu, kurangnya dukungan dari keluarga atau lingkungan sosial juga menjadi hambatan.
“Banyak yang ingin beralih ke gaya hidup ini, tetapi terkendala dengan akses dan informasi. Dukungan dari pemerintah dan komunitas sangat diperlukan untuk memperluas jangkauan gaya hidup ini,” ujar Prof. Diana Sari, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran.
Meski ada tantangan, manfaat yang didapat dari gaya hidup zero waste jauh lebih besar. Bukan hanya lingkungan yang diuntungkan, tetapi juga kualitas hidup para pelakunya. Dengan mengurangi konsumsi barang sekali pakai, pasangan muda bisa menghemat biaya rumah tangga sekaligus menjalani pola hidup yang lebih sehat.
Gaya hidup ini juga membuka peluang untuk berkreasi, seperti mendaur ulang barang-barang yang tidak terpakai menjadi produk yang bernilai. Dalam jangka panjang, langkah-langkah kecil yang dilakukan bersama ini dapat membangun pola pikir berkelanjutan yang akan diwariskan kepada anak-anak mereka di masa depan.
Tren gaya hidup zero waste tidak hanya cocok untuk pasangan muda, tetapi juga menjadi cara yang efektif untuk menciptakan hubungan yang lebih bermakna sekaligus berkontribusi pada kelestarian lingkungan. Dengan dukungan dari komunitas, fasilitas pendukung, dan edukasi yang terus meningkat, gaya hidup ini dapat menjadi norma baru bagi generasi mendatang. Apakah Sustain Peeps tertarik menjalani gaya hidup zero waste?
BACA JUGA: Main Internet Ternyata Dapat Merusak Iklim, Kok Bisa?