Sering Pakai Air Tanah? Ini Dampak yang akan Ditimbulkan!

JAKARTA, sustainlifetoday.com – Air tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Di Indonesia, penggunaan air tanah terus meningkat, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Semarang.
Namun, eksploitasi yang berlebihan tanpa pengelolaan yang baik dapat membawa dampak serius bagi lingkungan dan keberlanjutan.
Salah satu dampak utama dari penggunaan air tanah yang tidak terkendali adalah penurunan muka tanah atau land subsidence. Jakarta, sebagai salah satu kota dengan tingkat eksploitasi air tanah tertinggi, mengalami penurunan tanah sekitar 1-15 cm per tahun, menurut penelitian dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Jika tidak segera dikendalikan, kondisi ini bisa memperparah risiko banjir dan merusak infrastruktur kota.
“Jika eksploitasi air tanah terus berlanjut, beberapa wilayah Jakarta bisa berada di bawah permukaan laut pada 2050,” ujar peneliti dari ITB, Dr. Heri Andreas.
Hal ini menunjukkan bahwa keberlanjutan kota-kota besar di Indonesia sangat bergantung pada pengelolaan air tanah yang bijak.
Eksploitasi air tanah yang berlebihan juga mempercepat intrusi air laut, yaitu masuknya air asin ke dalam lapisan tanah yang seharusnya berisi air tawar. Di daerah pesisir seperti Jakarta Utara dan Semarang, air tanah yang sebelumnya bisa dikonsumsi kini mulai terkontaminasi air laut, membuatnya tidak lagi layak digunakan.
Menurut laporan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), lebih dari 40% sumur di wilayah pesisir Jakarta telah mengalami peningkatan kadar garam. Dampaknya, masyarakat harus mengeluarkan biaya lebih besar untuk mendapatkan air bersih atau bergantung pada pasokan air dari PDAM yang tidak selalu merata.
Baca Juga:
- Konversi Hutan untuk Bioetanol, Efektif atau Berisiko?
- Cara Efektif Kurangi Tagihan Listrik dan Jejak Karbon di Rumah
- Konsumsi Daging Sebabkan Krisis Iklim? Ini Faktanya!
Akibat ketergantungan air tanah ini, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menjaga ketahanan air. Meskipun merupakan negara tropis dengan curah hujan tinggi, distribusi air tidak merata. Di beberapa daerah, terutama di Pulau Jawa dan Bali, eksploitasi air tanah meningkat akibat pertumbuhan penduduk dan industrialisasi.
“Jika kita terus menggunakan air tanah tanpa strategi konservasi yang jelas, kita akan menghadapi krisis air bersih di masa depan,” ujar Prof. Budi Santoso, pakar hidrologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM).
Menurutnya, solusi seperti pengelolaan air hujan dan pembangunan waduk harus segera diterapkan untuk mengurangi ketergantungan pada air tanah.
Solusi untuk Masa Depan yang Berkelanjutan
Untuk mengurangi dampak negatif penggunaan air tanah, berbagai langkah perlu dilakukan, di antaranya:
1. Penghentian eksploitasi berlebihan
Pemerintah daerah mulai menerapkan regulasi ketat terkait penggunaan air tanah, terutama bagi industri dan bangunan komersial.
2. Peningkatan penggunaan air permukaan
Pemanfaatan sungai, waduk, dan sistem penampungan air hujan harus lebih dioptimalkan.
3. Teknologi recharge air tanah
Beberapa kota telah mulai menerapkan sistem resapan air untuk mengisi kembali cadangan air tanah, namun implementasinya masih terbatas.
Jika tidak ada upaya konkret, penggunaan air tanah yang tidak terkontrol akan terus membawa dampak negatif bagi lingkungan dan keberlanjutan. Indonesia harus segera beralih ke strategi pengelolaan air yang lebih ramah lingkungan untuk memastikan ketersediaan sumber daya ini bagi generasi mendatang.