Sering Gunakan ChatGPT Bisa Hambat Daya Ingat dan Proses Berpikir Manusia

Jakarta, sustainlifetoday.com — Peneliti dari MIT Media Lab, Wellesley College, dan Massachusetts College of Art and Design menemukan bahwa penggunaan model bahasa besar (large language model/LLM) seperti ChatGPT dapat menurunkan kinerja kognitif pengguna pada tingkat saraf, linguistik, dan perilaku.
Temuan ini berasal dari studi berjudul Your Brain on ChatGPT yang dilakukan selama empat bulan dan dipublikasikan pada 10 Juni 2025. Meski belum melalui proses peer review, penulis utama Nataliya Kosmyna memutuskan untuk merilisnya lebih awal karena meningkatnya adopsi AI di sektor pendidikan.
“Yang benar-benar memotivasi saya untuk merilisnya sekarang sebelum menunggu peer review secara menyeluruh adalah karena saya takut dalam enam hingga delapan bulan akan ada pembuat kebijakan yang memutuskan, ‘mari kita buat GPT taman kanak-kanak.’ Menurut saya itu akan sangat buruk dan merugikan,” ujar Kosmyna, dikutip dari Mashable pada Senin (23/6).
Komentar tersebut mengacu pada perintah eksekutif yang ditandatangani Presiden AS Donald Trump pada April lalu, yang mendorong literasi dan kemahiran AI sejak jenjang taman kanak-kanak.
Dalam studi ini, 54 partisipan dibagi dalam tiga kelompok dan diminta menulis esai untuk ujian masuk perguruan tinggi SAT dalam tiga sesi. Kelompok pertama menggunakan ChatGPT, kelompok kedua menggunakan Google Search, dan kelompok ketiga menulis tanpa bantuan teknologi. Di sesi keempat, kelompok pertama menulis tanpa ChatGPT, sementara kelompok ketiga diperbolehkan menggunakannya.
Baca Juga:
- Maybank Indonesia Dorong Penguatan Ekosistem Keuangan Syariah
- Jadi Ancaman Kesehatan, Ini Jenis Polusi dan Penyebabnya
- Kementerian Kebudayaan Gelar Mitigasi Kebakaran di Ruang Kerja
Aktivitas otak partisipan dimonitor menggunakan electroencephalography (EEG), esai dianalisis melalui Natural Language Processing (NLP), dan dinilai oleh sistem AI serta penilai manusia.
Hasilnya menunjukkan adanya penurunan tajam dalam konektivitas pita alfa, indikator fungsi kognitif seperti memori dan pemrosesan bahasa pada kelompok pengguna ChatGPT. Selain itu, 83% partisipan dari kelompok tersebut kesulitan mengingat isi esai yang mereka tulis.
Peneliti juga menemukan bahwa mayoritas esai pada sesi ketiga disalin langsung dari ChatGPT dengan sedikit penyuntingan. Pada sesi keempat, mereka tetap kesulitan mengingat dan mengutip esai meskipun tidak lagi menggunakan ChatGPT.
“Kemampuan mengingat yang buruk dan kutipan yang salah dari kelompok LLM mungkin jadi indikator bahwa esai mereka sebelumnya tidak terintegrasi secara internal, mungkin karena pemrosesan kognitif yang dilimpahkan ke LLM,” tulis studi tersebut.