Populasi Kakatua Kecil Jambul Kuning di Pulau Moyo Terancam Akibat Iklim

Jakarta, sustainlifetoday.com – Perubahan iklim global semakin mengancam keberlangsungan hidup satwa endemik Indonesia. Salah satunya adalah kakatua kecil jambul kuning (Cacatua sulphurea occidentalis) di Pulau Moyo, Nusa Tenggara Barat, yang populasinya kini tercatat hanya 51 ekor.
Ahli ekologi hewan dari Universitas Mataram, I Wayan Suana, menyampaikan bahwa populasi kecil ini sangat rentan mengalami kepunahan akibat peningkatan suhu global, perubahan pola curah hujan, dan frekuensi cuaca ekstrem.
“Perubahan iklim dapat menurunkan peluang telur kakatua menetas dan mengganggu siklus reproduksi mereka,” kata Wayan dalam kegiatan konsultasi publik peta jalan konservasi spesies tersebut dilansir ANTARA, Jumat (20/6).
Pulau Moyo diketahui sebagai habitat kunci bagi kakatua kecil jambul kuning yang bersarang dengan cara melubangi batang pohon. Perubahan iklim tidak hanya memengaruhi kemampuan reproduksi, tetapi juga ketersediaan pakan dan kualitas habitat.
Baca Juga:
- Indonesia Perkuat Komitmen Lindungi Terumbu Karang di Forum PBB
- Dampak Perubahan Iklim, Populasi Kutu Melonjak di Amerika Utara
- Studi: Padi Lebih Tahan Iklim daripada Kedelai dan Gandum
Selain perubahan iklim, populasi kakatua juga terancam oleh perburuan ilegal dan kerusakan lahan. Wayan menambahkan, banyak burung yang kini membangun sarang di pohon-pohon di lahan masyarakat, di luar kawasan taman nasional.
Data Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) NTB pada 2024 mencatat, 51 individu kakatua kecil jambul kuning hanya ditemukan di beberapa titik di bagian selatan, timur, dan barat Pulau Moyo. Burung berukuran 33–35 cm ini dikenal dengan warna putih dominan, jambul kuning, dan paruh hitam melengkung tajam.
Kepala BKSDA NTB, Budhy Kurniawan, menyebut pihaknya sedang menyusun peta jalan konservasi untuk spesies ini di Taman Nasional Moyo Satonda, yang saat ini memasuki tahap konsultasi publik.
“Dokumen ini kami harapkan menjadi pedoman konkret untuk menyelamatkan kakatua kecil jambul kuning. Pelibatan multipihak sangat penting dalam pelestarian spesies ini,” tegas Budhy.