MPR Lirik Teknologi Nuklir Modular untuk Masa Depan Energi Bersih Indonesia

Jakarta, sustainlifetoday.com — Dalam kunjungannya ke St. Petersburg, Rusia, Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno memanfaatkan momentum Kongres Ekologi Internasional Nevsky XI untuk menjajaki peluang pengembangan teknologi energi baru terbarukan, khususnya energi nuklir.
Di sela kegiatan kongres, Eddy mengadakan pertemuan strategis dengan First Deputy CEO Rosatom, Kirill Komarov. Rosatom adalah perusahaan energi nuklir milik negara Rusia yang dikenal secara global karena inovasinya, termasuk pengembangan teknologi reaktor nuklir modular terapung (floating modular nuclear reactor).
Menurut Eddy, teknologi ini sangat relevan dengan kebutuhan Indonesia, yang terdiri dari ribuan pulau dan masih memiliki tantangan distribusi energi di wilayah-wilayah terluar.
“Teknologi nuklir modular terapung menawarkan solusi menyeluruh bagi negara kepulauan yang luas seperti Indonesia,” ujar Eddy dalam keterangan tertulis, Senin (26/5).
Eddy menyebut jika mobilitas yang tinggi dari teknologi ini sesuai dengan kebutuhan wilayah yang selama ini sulit dijangkau oleh jaringan listrik nasional, seperti wilayah terluar dan tertinggal.
Baca Juga:
- China, Jepang, Korsel Berebut Pengaruh Energi Bersih di ASEAN
- DPR Dukung Implementasi Biodiesel B50 di Tahun 2026
- Segara Naturals Hadirkan Produk Perawatan Diri Ramah Lingkungan, Solusi Bersih untuk Kulit dan Bumi
Lebih lanjut, Eddy menjelaskan bahwa kebutuhan energi bersih dan berkelanjutan di Indonesia akan semakin mendesak dalam 8 hingga 10 tahun ke depan. Saat itu, sumber energi terbarukan yang selama ini dimanfaatkan di Pulau Jawa diperkirakan akan mulai terbatas. Di titik inilah, menurut Eddy, energi nuklir bisa menjadi opsi strategis yang bersih dan mampu beroperasi 24 jam penuh.
“Selain itu, teknologi nuklir yang dikembangkan Rosatom juga sudah memenuhi standar keamanan terbaru yang diakui secara global,” katanya.
“Rosatom adalah perusahaan pertama di dunia yang meluncurkan unit Generasi III+. Ini adalah teknologi paling canggih, sepenuhnya mematuhi semua standar keselamatan pasca-Fukushima,” lanjutnya.
Eddy juga menekankan pentingnya transfer teknologi dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia dalam bidang energi nuklir. Ia percaya bahwa kolaborasi dengan Rosatom bisa membuka jalan bagi lahirnya inovator energi bersih dalam negeri.
“Teknologi nuklir harus dipahami tidak lagi sebagai sesuatu yang menakutkan, tetapi sebagai peluang strategis yang harus dikaji secara ilmiah, terbuka, dan tentu bertanggung jawab,” pungkas Eddy.