Ketegangan Israel-Iran Picu Resesi Sosial dan Ekologis Baru

Jakarta, sustainlifetoday.com – Serangan udara Amerika Serikat dan Israel terhadap sejumlah fasilitas nuklir Iran telah memicu respons keras dari Teheran, yang meluncurkan ratusan rudal ke wilayah Israel. Iran juga mengancam menutup Selat Hormuz, jalur pelayaran strategis yang mengalirkan lebih dari 20 persen pasokan minyak dunia. Ketegangan ini mendorong harga minyak mentah Brent menembus angka US$80 per barel dalam dua hari terakhir, memunculkan kekhawatiran global akan krisis energi dan tekanan inflasi yang meluas.
Namun, dampak dari konflik ini melampaui persoalan ekonomi. Komisioner Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi (UNHCR), Filippo Grandi, mengonfirmasi peningkatan signifikan arus pengungsi dari wilayah perbatasan utara Israel dan Iran bagian barat. Ia menegaskan pentingnya tindakan cepat untuk mencegah krisis kemanusiaan baru.
“Kawasan ini telah mengalami lebih dari cukup perang, kehilangan, dan pengungsian, kita tidak bisa membiarkan krisis pengungsi baru tumbuh kembali,” ujar Grandi dalam pernyataannya dikutip dari Reuters 22 Juni 2025.
Di lapangan, infrastruktur dasar seperti rumah sakit, sekolah, dan sistem air bersih dilaporkan rusak atau kewalahan melayani warga sipil. Palang Merah Internasional dan lembaga-lembaga kemanusiaan lainnya telah mengeluarkan peringatan akan memburuknya kondisi sosial, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak, perempuan, dan lansia.
Baca Juga:
- Sertifikat Tanah Elektronik Resmi Berlaku, Ini Bedanya dengan yang Konvensional
- Dampak Perubahan Iklim, Populasi Kutu Melonjak di Amerika Utara
- Lalamove Luncurkan Mobil Listrik Logistik untuk Tekan Emisi dan Biaya Operasional
Di sisi lingkungan, serangan terhadap fasilitas nuklir Iran menimbulkan risiko pencemaran radioaktif dan kimia yang belum sepenuhnya dapat dikendalikan. Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) telah mengonfirmasi kerusakan signifikan pada fasilitas di Isfahan dan Fordow. Direktur Jenderal IAEA, Rafael Grossi, menyampaikan peringatan keras terkait potensi bahaya bagi warga sipil.
“Setiap tindakan terhadap reaktor riset nuklir Teheran akan membawa konsekuensi yang serius, berpotensi berdampak pada wilayah luas di kota Teheran dan penduduknya,” kata Grossi, menekankan urgensi pengendalian konflik secara diplomatik.
Meskipun belum ditemukan kenaikan tingkat radiasi yang signifikan, sejumlah negara tetangga seperti Arab Saudi, Kuwait, dan Qatar turut mengeluarkan protokol siaga sebagai antisipasi terhadap kemungkinan pencemaran lintas batas. Di saat yang sama, para pakar lingkungan mengingatkan bahwa kerusakan ekosistem akibat konflik militer sering kali bersifat jangka panjang dan tidak tertangani secara langsung oleh sistem bantuan kemanusiaan.
Dari sisi diplomasi global, negara-negara seperti Rusia, Tiongkok, dan Uni Eropa telah menyerukan gencatan senjata dan pembukaan jalur dialog damai. Namun, hingga kini, belum ada indikasi bahwa pihak-pihak yang bertikai akan segera menghentikan aksi militer.
Lebih lanjut, konflik yang berlangsung di Timur Tengah kali ini memperlihatkan bagaimana perang modern menimbulkan efek multidimensi yang saling bertautan, termasuk tekanan ekonomi global, eksodus warga sipil, dan ancaman ekologis yang serius. Dunia kini dihadapkan pada risiko resesi ganda, yakni sosial dan ekologis, yang jika tidak segera ditangani melalui jalur diplomatik dan kolaboratif, bisa merusak fondasi keberlanjutan yang tengah dibangun secara global