Studi: Global Warming Bisa Ganggu Produktivitas Kerja di Kantor

Jakarta, sustainlifetoday.com – Peningkatan suhu akibat pemanasan global tidak hanya mengancam kesehatan fisik, tapi juga dapat merusak produktivitas kerja tim. Hal ini terungkap dalam studi terbaru yang dilakukan Universitas California San Diego, yang menunjukkan bahwa suhu panas, bahkan dalam level ringan, berdampak signifikan terhadap kolaborasi antar individu.
Penelitian yang akan diterbitkan dalam jurnal Review of Economics and Statistics ini dilakukan melalui eksperimen di Dhaka, Bangladesh, salah satu kota besar yang dikenal dengan iklim panas dan akses terbatas terhadap pendingin ruangan.
Dalam studi tersebut, mahasiswa ilmu komputer diminta mengerjakan tugas pemrograman secara individu dan berpasangan di dua kondisi suhu berbeda: 24°C dan 29°C. Hasilnya, kinerja individu relatif stabil, namun kinerja tim menurun drastis saat bekerja di suhu yang lebih panas.
“Ada kerusakan dalam komunikasi dan interaksi antar rekan kerja ketika cuaca panas,” ujar Teevrat Garg, profesor ekonomi dan salah satu penulis studi, dikutip dari Newswise, Jumat (27/6).
“Panas membuat orang lebih mudah kesal, sehingga kurang mampu bekerja sama. Padahal, kolaborasi sangat penting untuk kreativitas dan inovasi,” tambahnya.
Efek suhu tinggi ini, menurut studi, paling terasa pada tim dengan latar belakang berbeda, seperti jenis kelamin atau tingkat pendidikan. Dalam kondisi panas, partisipan dilaporkan lebih tidak puas terhadap rekan tim dan cenderung ingin mengganti pasangan kerja di masa depan.
Sebaliknya, pada suhu 24°C, tim jauh lebih produktif daripada individu dan dua kali lebih mungkin menambahkan fitur baru dalam proyek yang mereka kerjakan.
Baca Juga:
- SustainLife Today Luncurkan Majalah Edisi Perdana Q1-2025
- Soroti Peran Alam, Dedi Mulyadi: Proyek Giant Sea Wall Bukan Sekedar Beton!
- Kejagung Kini Punya Wewenang Sadap Nomor Telkomsel, Indosat, dan XL
Penemuan ini memiliki makna penting bagi negara-negara tropis seperti Indonesia, terutama di tengah pertumbuhan ekonomi digital dan budaya kerja kolaboratif yang semakin kuat.
Kondisi suhu tinggi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, ditambah dengan terbatasnya akses ke sistem pendingin ruangan di banyak ruang kerja, menjadi tantangan nyata terhadap produktivitas.
“Organisasi perlu mempertimbangkan kondisi lingkungan dalam menyusun kerja tim,” kata Elizabeth Lyons, rekan penulis studi sekaligus profesor manajemen.
“Investasi dalam sistem kontrol iklim untuk ruang kerja kolaboratif dapat berdampak signifikan terhadap produktivitas,” lanjutnya.
Studi ini juga mendorong dunia usaha dan pembuat kebijakan di Indonesia untuk mulai melihat pengendalian suhu bukan hanya sebagai isu kenyamanan, melainkan sebagai investasi strategis dalam efisiensi dan inovasi.