Waspada, Tidur Siang Berlebihan Berisiko Tingkatkan Kematian

Jakarta, sustainlifetoday.com – Sebuah studi terbaru mengungkap bahwa tidur siang yang terlalu lama atau tidak teratur dapat menjadi tanda awal penurunan kondisi kesehatan, khususnya pada orang paruh baya dan lansia.
Bahkan, kebiasaan tersebut dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian, menurut penelitian yang dipresentasikan dalam pertemuan tahunan ke-39 Associated Professional Sleep Societies (APSS) pada Juni 2025 di Seattle, Amerika Serikat.
Penelitian ini menganalisis data dari 86.565 partisipan UK Biobank dengan usia rata-rata 63 tahun. Selama satu minggu, seluruh partisipan mengenakan alat aktigrafi yang mencatat aktivitas tidur mereka, termasuk pola tidur siang dari pukul 09.00 hingga 19.00.
Data menunjukkan bahwa 34% tidur siang terjadi antara pukul 09.00–11.00, disusul 22% pada pukul 17.00–19.00, dan hanya 14% di waktu yang dianggap paling ideal, yaitu 13.00–15.00.
Dalam masa tindak lanjut selama delapan tahun, tercatat 2.950 partisipan (3,4%) meninggal dunia. Dari analisis lanjutan, para peneliti menemukan bahwa mereka yang meninggal memiliki durasi tidur siang lebih panjang dan tidak teratur, terutama terjadi pada rentang waktu pukul 11.00–15.00.
“Temuan ini penting karena menunjukkan bahwa pola tidur siang bisa menjadi penanda awal penurunan kesehatan atau gangguan pola tidur pada orang dewasa yang lebih tua,” ujar Dr. Emer MacSweeney, CEO dan ahli neuroradiologi di Re:Cognition Health, dikutip dari Medical News Today, Jumat (27/6).
Meski demikian, peneliti menekankan bahwa studi ini bersifat observasional dan belum dapat membuktikan hubungan sebab-akibat secara langsung. Tidur siang berlebihan diduga lebih merupakan gejala dari kondisi kesehatan yang belum terdiagnosis, seperti demensia awal, gangguan metabolik, atau peradangan kronis.
Baca Juga:
- SustainLife Today Luncurkan Majalah Edisi Perdana Q1-2025
- Soroti Peran Alam, Dedi Mulyadi: Proyek Giant Sea Wall Bukan Sekedar Beton!
- Studi Ungkap 377 Ribu Warga Gaza Hilang Akibat Agresi Militer Israel
Dr. Kanwar Kelley, dokter spesialis telinga-hidung-tenggorokan dan gaya hidup, menjelaskan bahwa orang dengan penyakit penyerta cenderung merasa lebih lelah di siang hari.
“Atau, tidur siang mungkin lebih sering terjadi pada mereka yang kurang tidur di malam hari, yang pada akhirnya meningkatkan risiko penyakit kronis,” katanya.
Sebagai rekomendasi, para ahli menyarankan evaluasi medis lebih lanjut bila rasa kantuk berlebihan terjadi terus-menerus meski durasi dan kualitas tidur malam sudah baik. Pemeriksaan ini penting untuk mendeteksi gangguan tidur atau masalah kesehatan tersembunyi lainnya.
Meskipun tidur siang sering dianggap sebagai kebiasaan sehat untuk memulihkan energi, studi ini menegaskan bahwa pola tidur siang yang tidak normal perlu diperhatikan lebih serius, terutama dalam pemeriksaan kesehatan rutin bagi lansia. Tidur siang yang seimbang dan terjadwal tetap dianjurkan, namun harus diiringi pemantauan terhadap pola dan durasinya.