Kacau! Misinformasi Iklim Justru Disusun oleh Elit dan Korporasi

Jakarta, sustainlifetoday.com – Siapa sangka bahwa misinformasi soal krisis iklim tak lagi didominasi oleh pihak yang tidak paham isu lingkungan? Laporan terbaru International Panel on the Information Environment (IPIE) justru membuktikan bahwa aktor utama penyebaran misinformasi perubahan iklim adalah pihak-pihak yang berpendidikan tinggi, strategis, dan berkepentingan seperti korporasi besar, lembaga pemerintahan, serta partai politik.
Laporan yang dirilis Juni 2025 tersebut menganalisis lebih dari 300 publikasi ilmiah, dan menunjukkan bahwa bentuk misinformasi kini telah berkembang: dari sekadar penyangkalan menjadi skeptisisme yang terstruktur dan manipulatif.
“Ketika ilmuwan menyampaikan manfaat ekonomi dari mitigasi iklim, pihak-pihak ini justru merespons dengan menyebarkan keraguan atas manfaat tersebut,” ungkap laporan itu.
Strategi seperti ini, menurut IPIE, secara langsung menghambat pengambilan keputusan iklim yang berbasis data dan urgensi.
Salah satu bentuk manipulasi yang paling umum saat ini adalah praktik greenwashing, di mana perusahaan, terutama di sektor bahan bakar fosil, memoles citra mereka lewat narasi keberlanjutan yang tidak sejalan dengan realita emisi atau dampak lingkungannya.
Baca Juga:
- BTN Gandeng PBB Implementasikan Rumah Rendah Emisi
- Sering Gunakan ChatGPT Bisa Hambat Daya Ingat dan Proses Berpikir Manusia
- Ketegangan Israel-Iran Picu Resesi Sosial dan Ekologis Baru
Lebih mencemaskan, penyebaran misinformasi ini tidak hanya melalui media sosial atau berita arus utama. Laporan menyebutkan bahwa audiens utama justru adalah pengambil kebijakan. Saluran penyebaran meliputi konferensi ilmiah, policy brief, laporan keberlanjutan, hingga forum networking yang selama ini dianggap netral dan berbasis ilmu pengetahuan.
Akibatnya, arah kebijakan menjadi kabur, langkah strategis terhambat, dan krisis iklim terus memburuk di tengah ketidakpastian informasi yang sengaja diproduksi.
Untuk mengatasi hal ini, IPIE mengajukan empat langkah utama:
- Standardisasi laporan keberlanjutan dan emisi karbon, agar transparansi dapat diaudit lintas sektor.
- Pemantauan aktif terhadap klaim keberlanjutan, baik dari korporasi maupun lembaga negara.
- Pemberdayaan komunitas verifikasi, yang mampu melawan narasi menyesatkan dengan data dan logika ilmiah.
- Peningkatan literasi sains dan media publik, agar masyarakat dapat lebih kritis terhadap pesan-pesan keliru yang tersebar secara sistemik.
Laporan ini menjadi peringatan bahwa dalam perjuangan melawan krisis iklim, pertempuran bukan hanya soal teknologi dan kebijakan, tetapi juga kebenaran informasi.