Hari Peduli Sampah Nasional 2025, Ini Wujud Aksi Nyata KLH

JAKARTA, sustainlifetoday.com – Dalam peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2025, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) ingin mewujudkan kontribusi nyata dalam mengurangi sampah melalui program Asta Aksi Peduli Sampah yang memiliki delapan fokus lokasi.
Sekretaris Utama Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Rosa Vivien Ratnawati menekankan Peringatan HPSN ini menjadi momen untuk memastikan Indonesia bebas dari ancaman darurat sampah.
“Tapi kita harus ada kegiatan yang konkret yang memang kita berbicara bagaimana menangani sampah-sampah dari hulu ke hilir,” ujar Rosa, dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (3/2).
Program Asta Aksi telah dimulai bulan ini oleh KLH bekerja sama dengan berbagai kementerian, lembaga, serta pemerintah daerah. Puncak peringatan HPSN 2025 akan digelar di Leuwigajah, Jawa Barat, lokasi tragedi longsor sampah yang menewaskan 157 orang pada 21 Februari 2005. Peristiwa tersebut menjadi latar belakang lahirnya HPSN, yang kini diperingati setiap 21 Februari.
Adapun delapan aksi tersebut Rosa menjelaskan, mencakup bersih pantai, bersih gunung, bersih mangrove, bersih desa, bersih di pesantren, bersih di pasar, serta membudayakan sadar sampah di lingkungan kampus serta sekolah.
Berdasarkan data dari Sistem Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), total produksi sampah di 262 kabupaten/kota secara nasional mencapai 25,66 juta ton per tahun. Dari jumlah tersebut, sekitar 62,3% atau 15,98 juta ton telah dikelola, sementara sisanya, sekitar 9,67 juta ton atau 37,7%, masih belum terkelola.
Data yang sama menunjukkan bahwa jenis sampah terbesar berasal dari sisa makanan, yang menyumbang hampir 39,12%. Di posisi kedua, sampah plastik mencakup 12,52%, diikuti oleh kayu/ranting sebesar 12,02%, serta kertas/karton sebanyak 11,32%. Sisanya terdiri dari sampah kaca, logam, kain, dan karet.
Direktur Pengelolaan Sampah KLH, Novrizal Tahar, menyampaikan bahwa pihaknya telah mengedukasi seluruh pemerintah daerah mengenai peringatan HPSN 2025, yang akan diwujudkan melalui tindakan konkret untuk menangani permasalahan sampah secara langsung. Secara khusus, Novrizal menyoroti peran desa dan pesantren atau tempat ibadah dalam pengelolaan sampah.
“Kita punya kurang lebih 70 ribu desa di Indonesia dan kita harapkan juga desa ini menjadi kekuatan penting, karena selama ini fokus kita masih di perkotaan sehingga persoalan sampah juga segera kita bisa selesaikan di desa seluruh Indonesia. Kemudian juga kita akan masuk kepada kampus, kemudian sekolah, dan juga pesantren,” ujar Novrizal.
Pengelolaan sampah masih menjadi tantangan, terutama dalam hal pengangkutan dan infrastruktur yang belum memadai, seperti di Kabupaten Bangka Tengah. Kementerian Lingkungan Hidup tengah mengawasi 343 TPA yang diduga masih melakukan open dumping atau pembuangan sampah secara terbuka tanpa proses apapun.
Novrizal menegaskan bahwa sanksi akan diberikan kepada pengelola TPA yang melanggar, sejalan dengan target Menteri LH, Hanif Faisol Nurofiq untuk menghapus praktik open dumping pada 2026. Open dumping berdampak buruk pada lingkungan, seperti pencemaran air lindi dan kebocoran gas metana yang berisiko menimbulkan kebakaran di TPA.