Eropa Dilanda Gelombang Panas Ekstrem, Menara Eiffel Terpaksa Ditutup

Jakarta, sustainlifetoday.com — Akses menuju puncak Menara Eiffel ditutup sementara pada 2–3 Juli 2025 sebagai respons terhadap gelombang panas ekstrem yang melanda sebagian besar wilayah Eropa, termasuk Prancis. Pengelola menara ikonik tersebut menyatakan langkah ini diambil demi menjaga keselamatan dan kenyamanan pengunjung serta staf.
“Karena gelombang panas yang sedang berlangsung, Menara Eiffel mengambil langkah-langkah untuk menjamin kenyamanan dan keselamatan pengunjung serta staf kami,” tulis pihak pengelola dalam pernyataan resminya, Rabu (2/7), seperti dilansir Politico.
Meskipun lantai pertama dan kedua tetap dapat diakses, pengelola menyarankan agar wisatawan yang belum memiliki tiket menunda kunjungan, guna menghindari paparan suhu tinggi dan antrean panjang.
Suhu udara di Paris pekan ini diperkirakan mencapai 36°C, dengan beberapa wilayah selatan Prancis mendekati atau bahkan melampaui 40°C. Pemerintah Prancis telah menetapkan status siaga tinggi terhadap gelombang panas di 84 departemen administratif di seluruh negeri.
Baca Juga:
- Perang Rating Google Maps Rinjani dan Hutan Amazon Bisa Rugikan Pariwisata dan Lingkungan
- Retret Kristiani Diserang, PIS: Tegakkan Hukum, Tolak Intoleransi
- Indonesia Resmikan Proyek Ekosistem Baterai Kendaraan Listrik Terintegrasi
Menara Eiffel, yang dibangun untuk Pameran Dunia tahun 1889, dirancang pada era ketika perubahan iklim belum menjadi perhatian global. Struktur bersejarah ini memiliki keterbatasan dalam menghadapi suhu ekstrem, sehingga menjadi salah satu objek vital yang terdampak langsung oleh krisis iklim.
Kondisi cuaca ekstrem ini juga memicu perdebatan politik di Prancis. Pemimpin sayap kanan Marine Le Pen mengkritik penanganan pemerintah terhadap krisis panas dan menyerukan penyediaan sistem pendingin udara yang lebih merata.
“Warga biasa dipaksa menanggung panas, sementara para ‘elite Prancis’ tinggal di tempat berpendingin,” ujar Le Pen dalam pernyataan publiknya.
Fenomena cuaca ekstrem juga meluas ke negara lain. Di Belgia, landmark Atomium di Brussels turut mengurangi jam operasionalnya untuk menyesuaikan dengan kondisi suhu tinggi.
Kebijakan-kebijakan darurat ini menyoroti bagaimana sektor pariwisata Eropa menghadapi tantangan baru dalam era iklim ekstrem. Infrastruktur publik dan ikon sejarah kini dituntut lebih adaptif terhadap perubahan iklim yang tak lagi bisa dipandang sebagai kejadian musiman.