BRIN Temukan Katak Pohon Baru di Sulawesi

Jakarta, Sustainlifetoday.com – Tim peneliti dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi (PRBE) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berhasil mengidentifikasi satu spesies baru katak pohon dari genus Rhacophorus yang ditemukan di dua lokasi di Pulau Sulawesi: Gunung Katopasa (Sulawesi Tengah) dan Gunung Gandang Dewata (Sulawesi Barat).
Spesies baru tersebut diberi nama Rhacophorus boeadii sebagai penghormatan kepada almarhum Drs. Boeadi, naturalis senior dari Museum Zoologicum Bogoriense (MZB), yang dikenal luas atas dedikasinya pada konservasi satwa herpetofauna di Indonesia.
“Penemuan ini semakin memperkaya daftar fauna endemik Sulawesi, khususnya kelompok amfibi, dan menegaskan pentingnya konservasi biodiversitas di wilayah Wallacea,” ujar Peneliti Herpetologi BRIN, Amir Hamidy dikutip dari laman BRIN, Kamis (12/6),
Rhacophorus boeadii memiliki sejumlah karakteristik yang membedakannya dari tiga spesies katak pohon Sulawesi lainnya, yaitu R. edentulus, R. georgii, dan R. monticola. Katak ini berukuran sedang, dengan panjang tubuh jantan sekitar 40–45 mm dan betina 48–54 mm. Ciri khasnya antara lain moncong jantan yang miring, kulit punggung kasar dengan bintik putih, serta pola bercak putih di sisi tubuh.
Baca Juga:
- India Akan Batasi Suhu Minimum AC Demi Hemat Energi dan Kurangi Emisi
- Pemerintah Ajak Pemuka Agama Terlibat Aktif Jaga Hutan Tropis
- Populasi Penguin Emperor di Antartika Turun 22 Persen akibat Krisis Iklim
Menurut Amir, identifikasi spesies ini didasarkan pada analisis morfologi, genetika, dan suara panggilan jantan, yang seluruhnya menunjukkan bahwa spesimen tersebut merupakan spesies baru yang belum pernah dideskripsikan sebelumnya.
“Ini merupakan hasil dari survei lapangan intensif pada 2016 hingga 2019. Temuan ini menambah wawasan kita terhadap kekayaan hayati Sulawesi,” katanya.
Namun, ia juga menekankan bahwa habitat Rhacophorus boeadii yang terbatas di hutan dataran tinggi menjadikannya sangat rentan terhadap kerusakan habitat dan perubahan iklim.
Pulau Sulawesi, yang merupakan bagian dari kawasan Wallacea, dikenal sebagai hotspot keanekaragaman hayati dengan tingkat endemisme tinggi. Sayangnya, tekanan terhadap habitat alami di wilayah ini terus meningkat, menimbulkan ancaman nyata bagi kelangsungan hidup spesies-spesies endemik.