Deforestasi sampai Illegal Fishing, Ini Rentetan Masalah Lingkungan di RI

JAKARTA, sustainlifetoday.com – Indonesia menghadapi berbagai tantangan lingkungan serius yang memerlukan perhatian segera. Salah satunya adalah deforestasi yang terjadi lebih dari 1.000 km² setiap tahun, hampir setara dengan dua kali luas Kota Jakarta. Praktik ini tidak hanya merusak ekosistem, tetapi juga memperburuk perubahan iklim melalui peningkatan emisi karbon.
Selain itu, praktik penangkapan ikan ilegal atau illegal fishing menjadi ancaman besar bagi kelestarian sumber daya laut. Data dari Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) mencatat bahwa Indonesia kehilangan hingga 26 juta ton ikan setiap tahun akibat penangkapan ilegal. Hal ini tidak hanya merugikan sektor perikanan, tetapi juga berdampak pada ekonomi masyarakat pesisir yang bergantung pada sektor tersebut.
Kerusakan lingkungan lainnya meliputi pengelolaan limbah yang kurang optimal, polusi udara, dan degradasi tanah. Tantangan ini tercermin dalam peringkat rendah Indonesia di Environmental Performance Index (EPI) 2024, di mana Indonesia berada di peringkat ke-162 dari 180 negara. Rizky Wisnoentoro dari Universitas Islam Internasional Indonesia menjelaskan, “Ketidakmampuan mengintegrasikan langkah-langkah keberlanjutan ini tidak hanya memperburuk masalah lingkungan, tetapi juga menghambat transisi menuju ekonomi hijau.”
Dalam menghadapi tantangan ini, investasi berdampak muncul sebagai solusi transformatif. Pendekatan ini memungkinkan terciptanya solusi konkret yang mengintegrasikan prinsip keberlanjutan dengan keuntungan finansial. Misalnya, investasi di sektor energi terbarukan dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, sementara investasi di sektor kehutanan dapat membantu mengurangi deforestasi.
Namun, investasi berdampak di Indonesia masih menghadapi sejumlah hambatan. Salah satunya adalah kurangnya kerangka regulasi yang jelas untuk mendukung pengembangan sektor ini. Selain itu, investor tradisional cenderung fokus pada keuntungan jangka pendek, sehingga kurang tertarik untuk berinvestasi di proyek yang menawarkan dampak jangka panjang.
Kolaborasi lintas sektor menjadi kunci untuk mengatasi tantangan ini. Dengan melibatkan sektor swasta, pemerintah, dan masyarakat, Indonesia dapat mempercepat transisi menuju keberlanjutan. Direktur Utama Bank Neo Commerce Eri Budiono menekankan pentingnya membangun ekosistem yang mendukung. “Dengan kerangka pengukuran yang terstandarisasi, investor akan lebih percaya diri menyalurkan dana ke proyek sosial-lingkungan,” jelasnya.
Melalui investasi berdampak, Indonesia memiliki peluang untuk memperbaiki peringkat EPI dan menjadi pemimpin dalam keberlanjutan di kawasan Asia Tenggara. Dengan langkah yang tepat, tantangan lingkungan dapat diubah menjadi peluang untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.