Rumor Merger Gojek-Grab Mencuat, Begini Dampaknya bagi Konsumen hingga Mitra

JAKARTA, sustainlifetoday.com – Isu merger antara dua raksasa teknologi, Grab Holdings Ltd dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo), kembali mencuat di awal Februari 2025. Menurut laporan Bloomberg, kedua perusahaan tengah mempercepat pembicaraan merger dengan target kesepakatan rampung tahun ini. Langkah ini dinilai sebagai upaya untuk menekan biaya operasional dan meredam persaingan di Asia Tenggara, yang memiliki lebih dari 650 juta pengguna.
Sumber Bloomberg menyebutkan bahwa salah satu skenario yang dibahas adalah akuisisi seluruh saham GoTo dengan nilai lebih dari Rp 100 per saham, atau naik sekitar 14,94 persen dibanding harga saham GoTo yang berada di level Rp 87 pada akhir perdagangan Selasa (4/2). Jika merger terealisasi, valuasi gabungan kedua perusahaan diperkirakan akan melebihi 7 miliar dolar AS.
Analis Citigroup, Alicia Yap dan Ferry Wong, mengungkapkan bahwa penggabungan ini dapat menghemat biaya dengan mengurangi subsidi pengguna serta mengintegrasikan sistem back-end. “Mereka juga akan dapat berinvestasi kembali ke manajemen riders dan merchant untuk melakukan penjualan silang layanan keuangan dan meningkatkan pendapatan iklan,” ujar mereka, dikutip dari Bloomberg.
Baca Juga:
- Deforestasi sampai Ilegal Fishing, Ini Rentetan Masalah Lingkungan di RI
- Catat, Ini Dia Definisi dan Manfaat dari Investasi Berdampak
- Begini Latar Belakang dan Urgensi Investasi Berdampak di Tanah Air!
GoTo Bantah Kabar Merger
Meski rumor merger ini kembali mencuat, GoTo menegaskan bahwa tidak ada kesepakatan yang dibuat. Sekretaris Perusahaan GoTo, RA Koesoemohadiani, menyatakan bahwa spekulasi ini telah beredar sejak beberapa tahun terakhir, namun perseroan tidak memiliki perjanjian merger dengan pihak mana pun.
“Perseroan ingin memberikan klarifikasi bahwa tidak ada kesepakatan antara Perseroan dengan pihak manapun untuk melakukan transaksi merger sebagaimana telah diberitakan di media massa,” ujar Koesoemohadiani dalam keterangan resmi, Rabu (5/2).
Sementara itu, pihak Grab menolak memberikan komentar terkait isu ini.
Dampak Merger bagi Konsumen dan Mitra
Jika merger antara Grab dan GoTo benar-benar terjadi, ada beberapa potensi dampak yang bisa dirasakan oleh berbagai pihak, termasuk konsumen, mitra pengemudi, serta karyawan kedua perusahaan.
- Harga Layanan Transportasi Online Berpotensi Naik
Saat ini, persaingan antara Grab dan Gojek menciptakan harga yang kompetitif bagi konsumen. Jika keduanya bergabung, potensi monopoli di sektor ride-hailing di Asia Tenggara semakin besar, yang berisiko menaikkan tarif layanan transportasi online. - Pengurangan Promo dan Subsidi
Salah satu strategi yang selama ini digunakan Grab dan Gojek adalah subsidi serta promo untuk menarik pengguna. Namun, dengan merger, efisiensi biaya bisa membuat perusahaan mengurangi subsidi yang selama ini dinikmati oleh pelanggan. - Dampak bagi Mitra Pengemudi
Mitra pengemudi, baik ojek online maupun taksi online, juga berisiko menghadapi sistem yang lebih ketat dalam pemberian order dan penentuan tarif. Minimnya kompetitor dapat membuat para pengemudi kehilangan daya tawar dalam menentukan harga atau mencari platform alternatif. - Efisiensi Karyawan
Merger ini juga dapat berdampak pada karyawan internal Grab dan Gojek. Efisiensi operasional demi menekan biaya bisa berujung pada pemangkasan tenaga kerja di beberapa sektor, sehingga berpotensi menimbulkan gelombang PHK. - Regulasi Anti-Monopoli
Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Kerja Sama KPPU, Deswin Nur, menyebutkan bahwa jika dua perusahaan terbesar di satu sektor bergabung, ada potensi monopoli yang perlu ditelaah lebih lanjut oleh regulator. “Kalau bicara pelanggaran, harus didalami dulu jika sudah ada kejelasan soal transaksinya. Saya yakin para pihak tentunya paham dan akan mempertimbangkan aturan yang berlaku di Indonesia dan ASEAN dalam mengambil keputusan bisnisnya,” ujar Deswin , Rabu (5/2).
Meskipun merger ini masih berupa rumor, isu penggabungan Grab dan GoTo tetap menjadi perhatian besar, terutama bagi konsumen dan mitra yang bergantung pada ekosistem ride-hailing di Asia Tenggara.