Begini Latar Belakang dan Urgensi Investasi Berdampak di Tanah Air!

JAKARTA, sustainlifetoday.com – Kerusakan lingkungan dan ketidakadilan sosial-ekonomi menjadi isu yang semakin mendesak di Indonesia. Mulai dari deforestasi hingga polusi, tantangan ini telah menciptakan dampak besar terhadap kualitas hidup masyarakat. Data dari Environmental Performance Index (EPI) 2024 menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-162 dari 180 negara dengan skor hanya 33,8 dari 100. Fakta ini menempatkan Indonesia di bawah negara-negara Asia Tenggara lainnya, seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia.
Ketimpangan sosial dan kerusakan lingkungan telah mendorong kebutuhan akan pendekatan yang lebih strategis untuk mencapai keberlanjutan. Dalam konteks ini, investasi berdampak atau impact investing menjadi salah satu solusi unggulan. Investasi ini memungkinkan terciptanya keseimbangan antara keuntungan finansial dengan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan. “Investasi berdampak mencakup sektor-sektor seperti energi terbarukan, pertanian, kehutanan, perikanan, dan pengelolaan limbah,” jelas Fikri Syaryadi, seorang pegiat investasi berdampak.
Indonesia menghadapi tantangan serius dalam mengelola sumber daya alam. Misalnya, deforestasi mencapai lebih dari 1.000 km² per tahun, setara dengan hampir dua kali luas Kota Jakarta. Selain itu, praktik penangkapan ikan ilegal menyebabkan kehilangan hingga 26 juta ton ikan setiap tahun, seperti yang dilaporkan oleh FAO. Masalah ini diperburuk oleh keterbatasan anggaran pemerintah yang hanya mampu memenuhi 34% kebutuhan pendanaan untuk perubahan iklim, menurut data Kementerian Keuangan.
Baca Juga:
- Perjalanan Bukalapak: Dari Marketplace UMKM Hingga Penyedia Produk Virtual
- Imbas Penutupan Marketplace, Saham Bukalapak Turun hingga 5 Persen
- AI Punya Peran dalam Mewujudkan Keberlanjutan Global
Urgensi investasi berdampak semakin terlihat dengan potensi besar yang dimiliki Indonesia. Sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di Asia Tenggara, populasi lebih dari 270 juta jiwa, dan sumber daya alam yang melimpah, Indonesia memiliki peluang besar untuk mengembangkan solusi berbasis keberlanjutan. “Kolaborasi lintas sektor sangat penting untuk memobilisasi modal yang dibutuhkan,” kata Eri Budiono, Direktur Utama Bank Neo Commerce.
Namun, kendala utama tetap ada, seperti minimnya kerangka regulasi yang jelas dan keengganan investor tradisional yang lebih fokus pada keuntungan jangka pendek. “Praktik bisnis berkelanjutan memerlukan modal awal yang besar, tetapi keuntungan dari investasi berdampak umumnya terjadi dalam jangka panjang,” ungkap Fikri. Oleh karena itu, peran sektor swasta menjadi sangat penting untuk melengkapi keterbatasan anggaran pemerintah.
Lebih lanjut, investasi berdampak tidak hanya menjadi solusi untuk isu sosial dan lingkungan, tetapi juga menawarkan keuntungan finansial yang kompetitif. Berdasarkan laporan Global Impact Investing Network (GIIN), 88% investor berdampak melaporkan bahwa investasi mereka memenuhi atau bahkan melampaui ekspektasi keuntungan. Dengan integrasi prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG), investasi berdampak mampu menciptakan nilai tambah yang signifikan.
Di masa depan, keberhasilan investasi berdampak di Indonesia bergantung pada kolaborasi lintas sektor, penguatan kerangka regulasi, dan peningkatan kesadaran investor.
“Investasi berdampak adalah jembatan yang menghubungkan solusi lokal dengan tantangan global, menciptakan masa depan yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan.” tandas Fikri.