PLN Dorong Pengembangan Smart Grid untuk Optimalkan Energi Terbarukan di Indonesia

JAKARTA, sustainlifetoday.com – PT PLN (Persero) menyatakan bahwa pemanfaatan sumber daya energi baru terbarukan (EBT) tidak akan optimal jika tidak disertai dengan pembangunan transmisi kelistrikan antar pulau di Indonesia. Pernyataan ini disampaikan oleh Direktur Utama PT PLN, Darmawan Prasodjo.
Darmawan mengatakan, memaksimalkan potensi EBT membutuhkan biaya yang yang cukup besar. Salah satunya adalah untuk membangun transmisi dari sumber EBT ke pengguna listrik. Hal tersebut diperlukan lantaran posisi wilayah dengan sumber EBT besar dan pengguna listrik berada di pulau yang berbeda.
Tanpa adanya transmisi seperti smart grid, penggunaan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) hanya dapat mencapai 5 gigawatt (GW).
“Tetapi kalau membangun smart grid, flexible power generation, smart dispatch center, smart distribution, smart transmission, smart meter, ternyata bisa meningkatkan dari sekitar 5 giga menjadi mendekati sekitar 30 gigawatt tambahan pembangkit surya dan angin,” ujar Darmawan Prasodjo, dalam Peluncuran Electricity Connect, Rabu (17/7).
Menurut Darmawan, diperlukan kerjasama semua pihak untuk memaksimalkan pemanfaatan potensi EBT di Indonesia. PLN tidak mungkin jalan sendiri untuk mengoptimalkan potensi EBT di Indonesia.
Direktur Transmisi dan Perencanaan Sistem PLN, Evy Haryadi, mengatakan pihaknya telah bermitra dengan sejumlah lembaga internasional untuk memperkuat sistem jaringan listrik cerdas atau smart grid. Langkah ini bertujuan untuk mendukung transisi energi.
Evy mengatakan, kehadiran smart grid sangat penting seiring peningkatan kapasitas pembangkit listrik berbasis EBT yang menjadi pemasok utama kebutuhan listrik ke depan. PLN sedang membuka ruang kolaborasi, baik dari sisi investasi, teknologi, dan kerja sama lainnya untuk menciptakan smart grid yang lebih fleksibel.
Menurut Evy, kehadiran smart grid sangat penting seiring peningkatan kapasitas pembangkit listrik berbasis EBT yang menjadi pemasok utama energi kebutuhan listrik di masa depan. Saat ini, PLN membuka peluang kerja sama dalam berbagai bidang seperti investasi, teknologi, dan kolaborasi lainnya untuk menciptakan smart grid yang lebih fleksibel.
“Sejumlah lembaga internasional yang telah dan akan berkolaborasi dengan kami antara lain Global Power System Transformation (G-PST) Consortium, USAID (US Agency for International Development), hingga Accenture,” ujarnya dalam siaran pers, Minggu (13/11/2022).
Dalam RUPTL PLN 2021-2030, EBT akan menjadi fokus utama dalam tambahan kapasitas 20,9 GW, mencapai 51,6% dari total proyek pembangkit baru. PLN saat ini memiliki 4 sistem besar dan 16 sistem kecil hingga menengah, dengan ratusan sistem terisolasi. Setiap sistem memiliki konfigurasi pembangkit, infrastruktur transmisi, dan beban yang berbeda.
Setiap pulau di Indonesia memiliki potensi EBT yang berbeda, sehingga setiap sistem memiliki pendekatan dan strategi yang berbeda. Oleh karena itu, pengembangan smart grid yang fleksibel diperlukan untuk integrasi listrik EBT yang optimal, meski sifatnya intermiten bergantung pada cuaca, seperti matahari untuk PLTS dan PLTB.